Pengertian Zuhud, Pembagian, Dalil dan Contoh Perilakunya
Arti Zuhud secara bahasa ialah meninggalkan sesuatu yang tidak ia sukai/inginkan. Berpaling dari sesuatu yang ia senangi dan bersifat material atau kemewahan dunia kepada hal-hal yang lebih baik, yang bersifat spiritual, yang lebih diridhoi Allah SWT. Orang yang zuhud (disebut zahid) lebih memilih kebahagiaan akhirat daripada kesenangan dunia, karena ia berusaha dengan sekuat tenaga dan keinginannya untuk melawan keinginan hidup mewah di dunia tetapi sebaliknya memilih hidup sederhana dalam artian memenuhi kebutuhan hidup yang sekadar perlu.
Zuhud sering diartikan oleh banyak orang sebagai ungkapan atau refleksi sikap yang anti dunia bahkan menjauh dari dunia itu sendiri, sehingga menimbulkan kesan seakan-akan bahwa seseorang yang sedang belajar untuk mempunyai sikap zuhud ini harus mengosongkan diri segala hal yang berbau keduniawian, kesan selanjutnya bahwa ia harus menjadi seorang yang miskin, berpakaian lusuh, compang-camping, perlu tambalan dan sebagainya.
Pandangan ini barangkali ada benarnya namun tidak seluruhnya, mengingat banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis nabi yang mengingatkan bahayanya dunia dalam kehidupan manusia jika tidak disikapi dengan sebuah pandangan bahwa dunia seisinya ini adalah sekedar sarana belaka untuk mencari bekal kehidupan abadi kelah di akhirat, “Addunya mazra’atul akhirah” dunia adalah ladangnya akhirat.
Imam Al Ghazali membagi zuhud atas tiga bagian, yaitu:
Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik daripadanya.Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakhiratanMeninggalkan segala sesuatu selain Allah SWT, karena mencintai’Nya.
Dari pembagian di atas nampak bahwa pokok persoalan terletak pada pandangan bahwa harta benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati dari mengingat Allah SWT. Bagi orang yang telah mendalami zuhud, dunia ini tidak memiliki nilai hakiki karena semuanya bersifat fana. Yang mengandung nilai adalah surga di akhirat dan yang hakiki adalah asal dari segala nilai yaitu Allah SWT. Akan tetapi dapatkah manusia memisahkan diri dari hartadan segala bentuk kesenangan duniawi? Tentu saja tidak, oleh karena itu zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta dan tidak suka mengenyam nikmat dunia tetapi zuhud sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Dalil Naqli tentang Zuhud
Artinya: “Dan kehidupan dunia ini hanyalah sendau-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui“.(QS.Al-Ankabut:64)
Artinya: Katakanlah,“Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikitpun”.(QS.An-Nisa:77)
Artinya: “Zuhudlah engkau pada dunia niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang ada pada manusia niscaya manusia akan mencintaimu”.(HR.Ibnu Majah)
Menampilkan perilaku Zuhud
Contoh perilaku zuhud adalah sebagai berikut:
Senantiasa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT, meskipun sedikitMerasa cukup eskipun harta yang dimiliki sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan primerApabila memiliki banyak harta digunakan sebagai penunjang kesempurnaan beribadah kepada AllahHidup sederhana, baik dari segi tempat tinggal, pakaian, taupun makananLebih mencintai Allah SWT, dibanding cintanya kepada dunia.
Sumber: https://digugulanditiru1.blogspot.com/2016/01/pengertian-zuhud.html?m=1