Sedangkan ide penamaan vitamin yang menggunakan urutan alfabeta dapat dilacak pada tesis karya Cornelis Kennedy pada 1916. Kennedy merupakan pihak yang pertama kali menggunakan nama A dan B untuk menandakan pokok makanan yang baru. Namun ternyata, sang mentor Kennedy, Elmer McCollum diketahui sebagai sumber asli untuk penamaan vitamin itu. McCollum lah yang disebutkan menemukan nama vitamin A.
Awalnya, penamaan vitamin meliputi lemak dan air yang dapat dilarutkan. Tapi mengingat nama nomenklatur ilmiah itu agak susah dipakai, maka zat pokok makanan itu kemudian disederhanakan sebagai vitamin A,B, C dan lainnya.
Saat pertama kali ditemukan, yakni antara 1910 dan 1920, vitamin diberikan nama A,B.C,D dan E. Namun menariknya vitamin D awalnya disamakan dengan vitamin A, namun karena dua vitamin itu memang memiliki dua faktor terlibat yang terpisah, maka akhirnya dua jenis vitamin itu dibedakan.
Kemudian peneliti menemukan beberapa vitamin yang dari unsur yang mirip. Misalnya pada 1920 saat ditemukan beberapa vitamin B yang mirip, maka ada perubahan nama menjadi B1 (Thiamin), B2 (Riboflavin). Akhirnya vitamin B yang tersisa disatukan dengan sebutan B kompleks.
Alasannya penyatuan klasifikasi itu yakni kesamaan longgar dalam sifat, distribusi mereka dalam sumber daya alam, juga adanya fungsi fisiologis mereka yang tumpang tindih.
Vitamin B memang terkenal banyak jenisnya. Namun vitamin B tak selalu menunjukkan urutan kronologis, misalnya B12 (Kobalamin), ditemukan pada 1926, B5 (asam pantotenat), B7 (Biotin) pada 1931, B6 (piridoksin) pada 1934, B3 (Niasin), B9 (asam folat) pada 1941.
Saat ini urutan vitamin juga melompat, setelah vitamin E langsung vitamin K. Vitamin F diklasifikasikan kembali seperti kasus pada penamaan pada beberapa vitamin B. Vitamin F dikenal sebagai asam lemak pokok (Omega 3 dan 6). Vitamin yang diklasifikasikan kembali juga yakni Vitamin G yang dimasukkan ke Vitamin B2.