Menu Close

Inilah Sejarah Singkat Pemberian Nama ”Kuok” dan ”Sungai Kampar” …

Inilah Sejarah Singkat Pemberian Nama ”Kuok” dan ”Sungai Kampar”
Warga Kuok Mandi Balimou (menjelang Ramadan) yang rutin digelar setiap tahun di Sungai Kampar, Riau. 
Pada berabad-abad yang lalu negeri Kuok sekarang belum bernama Kuok. Zaman dulu namanya Rona Kobun Bungo. Sebagian besar daratan rendah dan lembah-lembah yang timbul sekarang, dulu masih digenangi air.Yang timbul pada umumnya bukit-bukit. Di sekitar tempat ini banyak bukit. Seperti Bukit Tagaro, Bukit Lindungbulan, Bukit Kincung, Bukit Suligi, Bukit Sago, Bukit Koto Semiri.
Begitupun Sungai Kampar sekarang, dulunya
disebut Sungai Embun. Sungai Embun tersebut masih kecil. Di tebing
kiri-kanan pinggiran sungai itu ditumbuhi pohon-pohon kayu dan semak
belukar yang daunnya merunduk ke dalam sungai tersebut.Tapi,
lama-kelamaan sejak penduduk pinggiran sungai itu menebangi kayu untuk
perumahan dan ladang serta kebun, maka tanah banyak longsor dan air
cepat mengalir ke Sungai Embun itu. Akibatnya tebing sungai itu banyak
runtuh, sehingga sungai itu menjadi lebar. Puluhan tahun kemudian sungai
Embun itu semakin besar dan namanya pun bertukar dengan Kampar, jadilah
Sungai Kampar.
Waktu
terus berjalan, tahun berganti tahun, suasana terus berubah. Penduduk
Rona Kobun Bungo semakin banyak dan menempati daerah sekitarnya. Dari
kehidupan masyarakat yang turun-temurun, setelah mengalami berbagai
peristiwa, maka secara berangsur berubahlah nama Rona Kobun Bungo
menjadi Negeri Kuok.
Inilah Sejarah Singkat Pemberian Nama ”Kuok” dan ”Sungai Kampar”...
Mendengar kisah dari orang tua-tua, penulis
memperoleh tiga macam perihal yang menyebabkan negeri itu bernama Kuok,
yakni sebagai berikut:
Sebahagian orang mengatakan bahwa di daerah
perairan Rona Kobun Bungo itu dulunya ada sebatang kayu yang amat besar
yang terkenal mempunyai kesaktian. Kayu itu disebut orang kayu kuok.
Sebahagian
lagi orang menceritakan bahwa zaman dahulu, tak jauh di mudik pasar
Kuok sekarang ada tukang membuat kayu kuok yang dipasangkan ke tengkuk
kerbau untuk membajak. Oleh karena disitulah satu-satunya tempat orang
memesan alat bajak (kayu kuok) itu, maka tempat itu menjadi terkenal
dengan tempat ‘Kuok’.
Dalam pada itu, sementara orang yang
hilir-mudik di sungai Kampar pada waktu itu lain pula pendapatnya.
Maklumlah sewaktu itu sungai Kampar berlaku sebagai sarana perhubungan.
Barang-barang dagangan, baik barang makanan maupun hasil hutan, dan
lain-lain hilir-mudik di sungai itu dengan kendaraan perahu rakit.
Konon
kiranya di mudik Rantauberangin sekarang, di pangkal jembatan panjang
ke seberang ada bukit yang bernama Bukit Labuhanbatu. Kabarnya dulu, di
pinggiran bukit itu sering berlabuh kapal. Itu sebabnya dinamakan Bukit
Labuhan batu. Kebetulan tebing Sungai Kampar yang ada di kaki bukit itu
terjal begitupun tebing yang di seberangnya beberapa panjang juga
terjal.
Pada tebing yang bertimbal terjal itu luas Sungai Kampar
di sana lebih sempit dan airnya lebih dalam. Lumrahnya bila perairan itu
dilalui oleh sampan atau rakit yang arah ke hulu atau ke ulak, maka air
berombak ke pinggir kiri dan ke pinggir kanan.
Oleh karena tebing
itu terjal kedua belah pihaknya dan jaraknya lebih dekat dari sumber
ombak, maka ombak tersebut lebih kuat menghantam tebing itu. Tidaklah
heran, jika pada tebing itu agak lembut tanah atau batunya, maka pada
tempat itu akan cepat terkuras atau runtuh.
Akibatnya tempat itu
jadi berlubang, makin lama lubang itu semakin dalam. Di antara beberapa
tebing yang berlubang atau berlekuk itu ada yang lebih besar lekuknya.
Bila ada kendaraan yang lalu di daerah itu, maka rangkaian ombak akan
menerpa tebing pinggiran sungai itu. Dan tiba tentang tebing yang
berlekuk besar itu, air itu berbunyi, kuok, kuok, kuok. Demikianlah
berlaku sepanjang waktu. Setiap kendaraan yang lalu di situ.
Bagi
orang yang selalu hilir-mudik di tempat itu, telinganya terbiasanya
dengan bunyi kuok…kuok, kuok itu. Akhirnya tempat atau perantauan
sekitar tempat yang melahirkan bunyi, kuok, kuok… itu disebut orang
Kuok. Dengan demikian daerah yang dihuni orang sekitar tempat itu yang
di dalamnya Rona Kobun Bungo, maka sejak itu nama Rona Kobun Bungo pun
berangsur hilang dan populerlah nama daerah tersebut dengan Negeri Kuok
hingga sampai sekarang ini. 

Sumber:
[1] Buku Buluh Perindu: Kumpulan Cerita Rakyat Kampar.
Pengarang Abdul Riva’i Taloet, BA.
Diterbitkan oleh SSE Kab. Kampar Tahun 2005.
Read more at https://tscumum2011.blogspot.com/2012/05/asal-usul-nama-negeri-kuok-di-kab.html#lIIx3otzxIkXXaji.99[2] https://tscumum2011.blogspot.co.id/

Leave a Reply