Menu Close

Kepemimpinan dalam Pendidikan; Pengertian, Tipe, Fungsi, Syarat dan Ciri-ciri kepemimpinan Pendidikan

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena sifat dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentan kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif. Kepemimpian melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin berarti orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Sedang kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya.[1]
Sebenarnya kepemimpinan merupakan cabang dari ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi negara. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Sedang inti dari administrasi adalah manajemen.[2] Keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang ingin diraih, bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Jadi kepemimpian menduduki fungsi kardinal dan sentral dalam organisasi, manajemen maupun administrasi. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai depenisi kepemimpinan. Antara lain :
1. Menurut Seokarto Indrafachrudi kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menunutun, menggerakan dan jika perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.[3]
2. Menurut Nanang Fattah “Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan”.[4]
3. Menurut Kartini Kartono “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”.[5]
4. Menurut Soetopo Hendyat kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.[6]
5. Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan mempunyai menjadi 3 kata kunci, yaitu :
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept), artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tidak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu;
c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.[7]
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[8] Jadi dari beberapa pendapat diatas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi inter-personal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu kelompok atau satu organisasi.[9]

2.2 Tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Hal ini apabila dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan pola masing-masing.[10]Menurut Isjoni, dalam bukunya Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, tipe-tipe kepemimpinan antara lain :
1. Partisifatif
Kepemimipinan yang partisivatif adalah suatu cara memimpin yang memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan, bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila memang kelompok (bawahan) ini mampu turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam hal ini atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang berinisiatip akan tetapi akan membantu mereka menyelesaikan tugas mereka sendiri, misal dengan memberikan fasilitas. Pemimpin di sini bermaksud untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan dalam mencapai tujuan kelompok, organisasi atau lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga memberikan kritik yang membangun walau pada akhirnya tanggung jawab untuk membuat keputusan itu ada ada tangan pemimpin namun dalam prosesnya, pengambilan keputusan itu dikerjakan besama-sama dalam anggota kelompok.
2. Laisser faire (bebas)
Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakan tanggung jawab pengambilan keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Disini pemimpin hanya sedikit saja atau hampir sama sekali tidak memberikan pengarahan. Sudah barang tentu dengan cara ini maksud pemimpin adalah menggangap bawahanya sudah dewasa, dan tau apa kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan, maupun antara bawahan dengan pemimpinanya kurang sekali.[11]
Dan setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain. Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka Seokarto mengutarakan ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu : tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.[12]
1. Tipe Otoriter
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.[13]
2. Tipe Laissez Faire
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.[14]
3. Tipe demokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus :
· Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif;
· Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.[15]
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab. Pemimpin yang demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.[16]
Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa tipe-tipe kepemimpinan ada 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan;
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan;
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati;
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan;
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya;
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.[17]
Secara garis besarnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan dibagi menjadi tiga pola dasar, yakni :
· Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas;
· Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama;
· Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.

2.3 Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan pendidkan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu:
1. Task Related/ Problem Solving Function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat;
2. Group Maintenance funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya melerai kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.[18]
Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Diantara fungsi kepemimpinan antara lain :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan;
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui;
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
· Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus;
· Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.[19]
2.4 Syarat dan Ciri-ciri kepemimpinan Pendidikan
Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
a. Kekuasaan, Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu;
b. Kewibawaan, Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya;
c. Kemampuan, Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.[20] Sementara itu Stodgill yang dikutip oleh Isjonimenyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain :
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai;
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu;
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif;
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul;
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.[21]
M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari;
b. Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi;
c. Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.
2.5 Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Istilah kepemimpinan dalam Islam ada beberapa bentuk, yaitu khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Setiap istilah ini mengandung arti kepemimpinan secara umum. Namun istilah yang sering digunakan dalam konteks kepemimpinan pemerintahan dan kenegaraan, yaitu Khilafah, imamah dan imarah.[22] Kata khilafah berasal dari kata khalafa-yakhlifu-khalfun yang berarti al-‘audatau al-balad yakni mengganti, yang pada mulanya berarti belakang. Adapun pelakunya yaitu orang yang mengganti disebut khalifah dengan bentuk jamak khulafa’ yang berarti wakil, pengganti dan penguasa.[23]
Kata khalifah sering diartikan sebagai pengganti, karena orang yang menggantikan datang sesudah orang yang digantikan dan ia menempati tempat dan kedudukan orang tersebut. Khalifah juga bisa berarti seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan ketentuan-ketentuan orang memberi wewenang. Arti menggantikan yang lain yang dikandung kata khalifah berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik orang yang digantikannya itu bersamanya atau tidak. Istilah ini di satu pihak, dipahami sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan Islam di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannya sama dengan kata sultan. Di lain pihak, cukup dikenal pula pengertiannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang mempunyai dua pengertian. Pertama, wakil Tuhan yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Menurut M. Dawam Rahardjo, istilah khalifah dalam al-Qur’an mempunyai tiga makna. Pertama, Adam yang merupakan simbol manusia sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia berfungsi sebagai khalifah dalam kehidupan. Kedua, khalifah berarti pula generasi penerus atau generasi pengganti; fungsi khalifah diemban secara kolektif oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah adalah kepala negara atau pemerintahan.[24]
Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus dibentuk ‘majelis fukaha’.[25] Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw, yang maknanya sebagai berikut :
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,”
Allah juga berfirman dalam al-Qur’an dalam surah an-Nisa’ ayat 59, yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍۢ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌۭ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.[26]
Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yang dikenal dengan istilah “STAF”, yakni :
1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
3.1 Simpulan
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, tergantung pada situasi dan kondisi. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dan sukses tau tidaknya suatu kepemimpinan dipengaruhi oleh pribadi pemimpin, bawahan dan situasi.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an dan Terjemahnya
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahyu Wijaswanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999,.
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana Offset Printing, 1983.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 1996.
Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara, 1984.
Mochammad Tegu, dkk.Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar, Yogyakarta : UII Press, 2001.
Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007.
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung : Ossa Promo, 1999.
Mulyadi, Kepemimpinan kepala sekolah. Malang : Uin Maliki Press, 2010.
Taufiq Rahman, Moralitas Pemimpin dalam Perspektif al-Qur’an, Bandung : Pustaka Setia, 1999.
M. Dawam Rahardjo, Kepemimpinan Perfektif Islam, Jakarta : Pustaka Al-Kaustar, 2006.
M. Asrori Ardiansyah, Fungsi dan Tugas Kepemimpinan Pendidikan, diunggah pada tanggal 15-03-2013 dalam sebuah situs http://kabar-pendidikan.blogspot.com
Dailami Firdaus, Tugas Pokok Kepemimpinan, diunggah pada tanggal 15-03-2013 dalam sebuah situshttp://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/04/definisi-kepemimpinan-pendidikan.html
[1] Wahyu Wijaswanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hal : 769.
[2] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal : 11.
[3] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana Offset Printing, 1983, hal : 23
[4] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 1996, hal : 88
[5] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal : 33
[6] Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara, 1984, hal : 1
[7] Mochammad Tegu, dkk.Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar, Yogyakarta : UII Press, 2001, hal : 69
[8] Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
[9] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal : 5.
[10] Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal : 36
[11] Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007, hal : 57-58
[12] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana Offset Printing, 1983, hal : 49. Lihat juga Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung : Ossa Promo, 1999, hal : 262-263
[13] Mulyadi, Kepemimpinan kepala sekolah. Malang : Uin Maliki Press, 2010, hal : 45
[14] Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara, 1984, hal : 8
[15] Ibid, hal : 11
[16] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana Offset Printing, 1983, hal : 22
[17] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung : Ossa Promo, 1999, hal : 261-262
[18] M. Asrori Ardiansyah, Fungsi dan Tugas Kepemimpinan Pendidikan, diunggah pada tanggal 15-03-2013
[19] Dailami Firdaus, Tugas Pokok Kepemimpinan, diunggah pada tanggal 15-03-2013
[20] ibid
[21] Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007, hal : 68
[22] Wahyu Wijaswanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hal : 769.
[23] Taufiq Rahman, Moralitas Pemimpin dalam Perspektif al-Qur’an, Bandung : Pustaka Setia, 1999, hal : 21
[24] M. Dawam Rahardjo, Kepemimpinan Perfektif Islam, Jakarta : Pustaka Al-Kaustar, 2006, hal : 362
[25] M. Dawam Rahardjo, Kepemimpinan Perfektif Islam, Jakarta : Pustaka Al-Kaustar, 2006, hal : 361
[26] Al-Qur’an dan terjemahnya, surah an-Nisa’ ayat : 59
sumber:rudi

Leave a Reply