Lempar Lembing – Materi kali ini membahas tentang seluk beluk lempar lembing yang dibagi menjadi 10 point.
10 poin tersebut mencakup informasi mulai dari pengertian lempar lembing, lapangan lempar lembing, materi, teknik sampai sejarah lempar lembing.
Kiranya beberapa poin tersebut cukup memadai untuk dipergunakan sebagai referensi atau teman belajar untuk mengerjakan tugas sekolah pelajaran penjaskes tentang atletik lempar lembing.
Selamat membaca artikel ini selengkapnya pada poin-poin berikut ini.
Daftar Isi
- Pengertian Lempar Lembing
- Materi Lempar Lembing
- Gaya Lempar Lembing
- Teknik Dasar Lempar Lembing
- Teknik Lempar Lembing
- Sejarah Lempar Lembing
- Alat Lempar Lembing
- Ukuran Lempar Lembing
- Peraturan Lempar Lembing
- Lapangan Lempar Lembing
- Atletik Lempar Lembing
- Faktor Penentu Prestasi Dalam Lempar Lembing
Pengertian Lempar Lembing
Lempar lembing secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu aktivitas manusia melempar sebuah benda bernama lembing, yakni tongkat panjang berujung runcing, atau lebih familiar disebut sebagai tombak.
Namun pada konteks olah raga, lempar lembing dapat didefinisikan sebagai salah satu nomor atletik melempar di mana sang atlet mempertunjukkan kemampuannya untuk melempar sebuah lembing dengan gaya dan teknik tertentu dengan mengikuti segala peraturan dalam pertandingan tersebut untuk memperoleh jarak lempar terjauh.
Materi Lempar Lembing
via pinterest.com
Berikut ini merupakan beberapa materi dasar dalam pelajaran lempar lembing, khususnya yang diajarkan di sekolah.
Materi dasar ini mencakup beberapa hal seperti pengertian umum mengenai olah raga atletik lempar lembing, sejarah lempar lembing mulai dari sebelum menjadi olah raga yang diperlombakan hingga menjadi ajang perlombaan internasional.
Terdapat juga penjelasan mengenai gaya lempar lembing beserta teknik dasar dan teknik secara umum dari masing-masing gaya tersebut, materi tentang peralatan dan lapangan yang dibutuhkan dalam lempar lembing beserta ukurannya, dan peraturan lempar lembing.
Semua materi lempar lembing tersebut sekaligus akan dibahas dalam poin-poin pada artikel ini mulai dari poin pertama hingga terakhir.
Gaya Lempar Lembing
via pinterest.com
Ada tiga gaya memegang lembing yang bisa dikategorikan juga sebagai gaya lempar lembing, yakni:
1. Gaya Lempar Lembing Amerika
Gaya ini tentu saja berasal dari Amerika, secara lebih spesifik diperkenalkan oleh atlet lempar lembing asal Amerika. Namun kemudian gaya ini diadaptasi di seluruh dunia.
Pada gaya ini, posisi jari ketika memegang lembing adalah jari telunjuk dan jari jempol menggenggam pegangan lembing pada batas tali bagian belakang, tiga jari berikutnya menggenggam pegangan namun tidak terlalu kuat atau renggang yang berfungsi hanya sebagai penjaga keseimbangan lembing ketika dibawa berlari pada saat awalan.
2. Gaya Lempar Lembing Finlandia
Sebagaimana gaya Amerika, gaya Finlandiapun juga diperkenalkan oleh atlet lempar lembing asal Finlandia.
Hampir mirip dengan gaya Amerika, pada gaya Finlandia jari jempol dan jari tengah bertugas menggenggam pegangan lembing paling belakang, sementara jari telunjuk lurus menahan lembing dan jari-jari sisanya hanya menggenggam longgar pegangan lembing bagian depan.
Gaya ini cenderung lebih mudah dipraktikkan oleh pemula karena keseimbangan lembing dijaga oleh jari telunjuk dalam posisi lurus, dan jari manis dan kelingking dalam posisi menggenggam longgar.
3. Gaya Lempar Lembing Penjepit / Tang
Entah darimana asalanya gaya ini, namun gaya penjepit atau tang juga sering dipergunakan oleh atlet untuk memegang lembing.
Posisi tangan pada gaya ini adalah jari telunjuk dan jari tengah menjepit pegangan paling belakang lembing, sementara jari jempol, jari manis dan telunjuk menggenggam longgar lembing bagian pegangan sisanya.
Gaya ini juga bisa dikatakan stabil dan mudah dipraktikkan oleh pemula.
Selain gaya dalam memegang lembing, ada juga gaya dalam memulai awalan hingga melakukan lemparan. Gaya ini fokus pada langkah kaki dengan dua jenis, yakni:
1. Hop Step / Gaya Berjingkat
via pinterest.com
Teknik ini dimulai dengan melangkahkan kaki dengan cara berjingkat mulai dari kecepatan sedang menuju kecepatan tinggi.
Gaya ini berdampingan dengan gaya memegang lembing cara Finlandia dan tang dimana posisi lembing berada di atas bahu, baik dibawa sejajar bahu pada saat awalan atau berada pada posisi atas lurus ke depan.
Gaya ini dipergunakan untuk menciptakan gaya dorong pada seluruh bagian tubuh ke arah depan yang dipusatkan pada lengan pembawa lembing.
Pada saat melempar, karena saking kuatnya daya dorong yang diciptakan tubuh akan melompat dan jatuh kedepan setelah lembing terlempar.
Gaya ini, secara teori, biasanya akan menghasilkan lemparan ke arah tengah lapangan atau kurang lebih lurus dengan posisi pelempar.
2. Cross Step / Gaya Menyilang
via wikihow.com
Gaya cross step atau langkah menyilang ini akan tampak pada saat atlet sampai pada 2-3 langkah terakhir sebelum melempar.
Silangan kaki dihasilkan dari putaran badan sejak hendak melempar hingga mulai melempar. Karena badan berputar dari arah kanan ke kiri, demikian pula dengan posisi kaki sehingga tampak menyilang.
Gaya ini biasanya bersanding dengan gaya memegang lembing Amerika yang cenderung mengarahkan ujung tombak ke atas dengan sudut 45 derajad.
Awalan yang digunakan adalah lari biasa dengan kecepatan sedang menuju kecepatan tinggi.
Silangan kaki dan badan yang bersamaan dengan lengan yang melempar akan menghasilkan daya lempar yang kuat dengan arah yang lebih cenderung menyamping alias tidak terlalu ketengah.
Berbeda dengan gaya hop step, pada gaya cross step ini tubuh atlet tak akan jatuh ke depan seusai melemparkan lembing. Kalaupun tubuh jatuh, maka tubuh tersebut akan jatuh ke samping mengikuti arah putaran tubuh dan silangan kaki.
Teknik Dasar Lempar Lembing
via pinterest.com
Pada dasarnya, teknik lempar lembing bisa dibagi menjadi 3, yakni:
1. Cara Memegang Lembing
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ada tiga gaya dalam memegang lembing, yakni gaya Amerika, Finlandia, dan tang. Atlet akan memilih salah satu gaya ini. Setelah itu, barulah ia memulai awalan.
2. Cara Memulai Awalan
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah posisi tubuh saat bersiap, posisi kepala dan mata saat berlari, posisi lengan saat membawa lembing, dan gaya dalam melangkah dan melempar (hop cross/step cross).
3. Cara melempar
Sebelum melempar, maka posisi lembing ditarik ke samping kanan-belakang, lalu dilempar sekuat-kuatnya ke arah depan. Pastikan ujung lembing mengarah ke depan-atas dengan sudut 45 derajad.
Usahakan seluruh tubuh pada saat melempar tidak kaku melainkan mengalir mengikuti efek lemparan sehingga seluruh tubuh akan ikut melepaskan energi lemparan dan bukan sebaliknya, menjadi penghambat lemparan.
Teknik Lempar Lembing
via pinterest.com
Berikut ini merupakan salah satu contoh teknik dalam lempar lembing yang menggunakan gaya hop step dan pegangan Finlandia:
1. Awalan
Posisi tubuh pada awal persiapan adalah tegak lurus, tangan kanan memegang lembing pada posisi horizontal di atas pundak sehingga siku lengan pembawa lembing tertekuk. Bernafas rileks dan dalam. Kepala tegak lurus dengan pandangan mata ke depan sejauh mungkin.
Setelah siap dan terdengar aba-aba wasit, maka kaki mulai berlari dengan sedikit berjingkat untuk menegaskan gaya ini, disusul dengan lari normal dengan kecepatan tinggi sambil masih mempertahankan posisi lengan membawa lembing.
Pada 6 langkah terakhir, gerakan kaki kembali berjingkat dan bersiap untuk melakukan lemparan.
2. Melempar
Pada empat langkah sebelum terakhir, lembing ditarik ke belakang dan menghadap ke atas dengan sudut 45 derajad, tatapan mata fokus pada titik lempar terjauh, energi fokus untuk melempar dan langkah ke tiga sebelum terakhir kaki kanan berjingkat dan badan sedikit terangkat, kaki kiri menjadi tumpuan jatuh, kemudian kaki kanan sedikit menekuk kebawah dan langsung melakukan tolakan kedepan sembari melemparkan lembing.
3. Pasca Melempar
Kadangkala tolakan yang besar dan lemparan yang kuat ke arah depan membuat seluruh tubuh juga seolah terlempar kedepan sehingga tak jarang lemparan semacam ini membuat atlet jatuh ke depan karena menahan tubuh untuk mengarah ke depan justru akan menghambat lemparan.
Oleh karenanya, posisi kepala tak boleh sedikitpun menunduk meski telah melempar lembing karena jika kepala menunduk dan tubuh jatuh kedepan, dikhawatirkan akan membuat wajah cidera karena terbentur tanah.
Jikalau tubuh jatuh, usahakan jatuh dengan tumpuan dada dan kedua tangan pada saat bersamaan.
Sejarah Lempar Lembing
via wikimedia.org
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan ketrampilan sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba dimana manusia masih hidup dengan cara berburu.
Lembing merupakan salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien sehingga alat ini disinyalir sebagai salah satu alat pertama dalam berburu (selain dengan cara menangkap buruan tanpa alat, melempar dengan batu dan benda-benda sederhana lainnya).
Keberadaan lembing ini menunjukkan adanya kemajuan proses berfikir pada manusia purba, yakni mereka mulai bisa menciptakan alat yang berguna untuk bertahan hidup selain ada juga peralatan dari batu seperti kapak perimbas, pisau (batu dengan permukaan samping yang tajam), dan pemukul (pentungan).
Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama meski manusia mulai berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat berbagai sejata canggih seperti pedang, panah, rantai, dan lain sebagainya.
Tombak atau lembing ini selain merupakan senjata yang bisa dilemparkan hingga mengenai sasaran, juga bisa dipergunakan sebagai sejata dengan jangkauan yang lebih panjang jika dibandingkan dengan pedang.
Maka tak heran jika sejak masa purba hingga era logam, manusia berlatih untuk bisa melempar lembing atau tombak. Yup, hal ini perlu latihan.
Konon, olahraga lempar lembing bermula dari aktivitas lempar lembing pada zaman dahulu.
Bagaimanapun juga bisa melempar lembing hingga mengenai sasaran pada jarak yang jauh merupakan suatu hal yang mengagumkan dan tak jarang hal itu menjadi hal menarik untuk dilihat.
Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian mulai berlomba untuk menunjukkan kebolehannya hingga akhirnya aktivitas ini menjadi ajang perlombaan tersendiri yang telah diadakan sejak zaman dahulu.
Di era awal peradaban tinggi, yakni peradaban yunani kuno, lempar lembing telah diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada tahun 776 SM.
Namun belum diketahui secara pasti mengenai peraturan dan segala hal tentang pertandingan lempar lembing pada waktu itu jika dibandingkan dengan lempar lembing pada saat ini.
Namun yang jelas, pertandingan lempar lembing atau lempar tombak pada masa lalu tak hanya mengejar poin sebagai pelempar dengan lemparan terjauh karena ada juga perlombaan lempar lembing dengan target tertentu sebagaimana pertandingan memanah.
Pada waktu itu, ideal lempar lembing adalah bisa melempar dengan jarak yang jauh sekaligus bisa mengenai sasaran.
Konon, Achiiles merupakan prajurit Sparta yang sekaligus merupakan pelempar lembing yang tak terkalahkan pada waktu itu karena ia tak hanya dikenal kepiawaiannya dalam pertandingan namun juga dalam medan perang.
Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade modern pada tahun 1908 dan hanya diikuti oleh atlet laki-laki saja.
Peraturannya sederhana, atlet melempar tongkat panjang dengan ujung runcing yang disebut sebagai lembing pada batas lemparan yang disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-jauhnya.
Kemenangan diperoleh jika sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh diantara peserta lainnya.
Pada tahun olimpiade 1932, olahraga lempar lembing akhirnya juga diperuntukkan untuk perempuan dan tentu saja dengan menggunakan lembing yang berbeda dengan laki-laki.
Sejak saat itu, olahraga lempar lembing dibuka untuk dua kelas, yakni laki-laki dan perempuan.
Alat Lempar Lembing
via sportswarehouse.co.uk
Beberapa peralatan yang diperlukan oleh seorang atlet lempar lembing adalah lembing, serbuk untuk tangan agar tidak basah karena keringat sehingga nyaman untuk melakukan lemparan, pakaian yang nyaman digunakan untuk pertandingan, dan sepatu.
Lembing dalam lempar lembing bukanlah sembarang lembing, melainkan lembing dengan tiga bagian khusus, yakni tongkat yang terbuat dari metal ringan (dahulu merupakan kayu), mata lembing yang terbuat dari logam dan berujung runcing, dan tali yang dililitkan di lembing sebagai pegangan.
Lembing ini dibuat sedemikian rupa dengan standart yang ditetapkan sebagaimana akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Ukuran Lempar Lembing
Lembing yang digunakan dalam pertandingan lempar lembing memiliki standard internasional yang mana lembing untuk atlet putra dan atlet putri berbeda.
Lembing untuk atlet putra memiliki panjang 2,60 meter-2,70 meter dengan berat 800 gram, sedangkan lembing untuk atlet putri berukuran panjang 2,20 meter-2,30 meter dengan berat 600 gram.
Peraturan Lempar Lembing
via pinterest.com
Dalam pertandingan berskala internasional seperti olimpiade, semua lembing disediakan oleh panitia penyelenggara dan semua yang dipergunakan telah diperiksa sedemikian rupa hingga masing-masing 99% identik satu sama lain berdasarkan kelasnya.
Namun untuk pertandingan berskala kecil seperi pertandingan tingkat lokal atau daerah, atlet boleh membawa lembing sendiri asalkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh panitia.
Ketika dalam pertandingan, atlet lempar lembing hanya boleh menggunakan awalan hingga melempar pada tempat yang disediakan.
Melempar melebihi batas yang ditentukan merupakan lemparan yang tidak sah.
Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian lembing yang jatuh terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area yang disediakan dengan posisi menancap tanah atau hanya menggores tanah.
Pada saat awalan, lembing sama sekali tidak boleh menyentuh tanah karena hal itu akan dinyatakan sebagai diskualifikasi yang setara dengan apabila atlet melempar di luar area yang disediakan, misalnya melebihi batas awalan.
Semua atlet akan bertanding untuk memperoleh jarak terjauh dari lembing yang telah terlempar dan masing-masing atlet hanya memiliki 1 kali kesempatan untuk melempar lembing.
Lapangan Lempar Lembing
via pinterest.com
Dari gambar di atas, ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni jalur awalan, sudut lemparan dan sektor lemparan lembing. Berikut penjelasannya
Jalur awalan merupakan trak dengan panjang minimal 30 meter dan maksimal 36,5 meter. Jalur ini memiliki lebar 4 meter.
Sementara pada area gambar sudut merupakan area untuk melemparkan lembih setelah berlari dalam trak awalan. Dari poros tengah menuju pojok busur, sudut yang terbentuk adalah 30 derajad. Sudut ini merupakan petunjuk garis batas luar kanan dan kiri area sektor lemparan. Jarak antara titik A atau titik ancang-ancang untuk melempar hanyalah 8 meter dari bibir busur, yakni garis akhir yang tak boleh dilewati oleh atlet ketika melempar. Namun boleh disentuh jika sudah melempar, misalnya untuk menjatuhkan tubuh.
Sektor lemparan merupakan lapangan yang berbentuk kerucut dengan sudut sebagaimana telah ditetapkan di area sudut. Panjang lepangan pendaratan ini minimal 100 meter karena sejauh ini belum ada atlet yang bisa melempar lembing sejauh 100 meter.
Atletik Lempar Lembing
via iaaf.org
Lempar lembing menjadi salah satu cabang atletik sejak tahun 1908 dan sekaligus ikut terdaftar dalam IAAF (International Amateur Athletic Federation).
Pertandingan ini tak pernah absen dalam olimpiade sejak pertama kali diperlombakan dalam ajang olimpiade modern. Dari masa ke masa, teknik dan rekor terus berkembang.
Salah satu atlet lempar lembing terbaik dunia dan belum terpatahkan rekornya hingga kini adalah Jan Železný, satu-satunya orang yang bisa melempar lembing hingga sejauh 98,48 meter pada tahun 1996.
Ia memenangkan medali emas pada olimpiade tahun 1992, 1996, dan 2000. Setelah itu pada tahun 2006 ia pensiun dan menjadi inspirasi bagi banyak atlet lempar lembing.
Selain itu, Johannes Vetter menjadi atlet nomor dua yang bisa melemparkan lembing dengan jarak yang fantastis, yaitu 94,44 meter pada tahun 2017.
Sedangkan Thomas Rohler merupakan atlet ketiga yang bisa melemparkan lembing hingga sejauh 93,90 meter. Ketiga nama itu menjadi legenda dalam dunia lempar lembing.
Faktor Penentu Prestasi Dalam Lempar Lembing
via pinterest.com
Untuk menjadi atlet lempar lembing yang berprestasi tidaklah mudah dan butuh waktu lama untuk terus menerut latihan.
Atlet hebatpun akan latihan secara rutin untuk menjaga tubuhnya agar selalu luwes dan tetap mahir dalam melakukan lemparan.
Namun demikian, pada sebuah pertandingan, prestasi atlet tak hanya ditentukan oleh kualitas latihan, namun juga hal-hal berikut ini:
1. Cuaca dan Angin
Lembing yang terlempar pada ketinggian tertentu pada akhirnya akan bergesekan dengan angin.
Hembusan angin sedikit banyak akan mengubah sudut hasil lemparan dan sekaligus bisa mengurangi atau menambah kecepatan lembing dan berpengaruh pada jarak yang dihasilkan sehingga cuaca dan angin menjadi faktor penting yang berpengaruh pada skor dalam lempar lembing.
2. Dukungan Tim dan Supporter
Dukungan, sorak sorai dari penonton merupakan energi yang secara tidak langsung akan terserap oleh atlet dan bahkan mempengaruhi semangatnya.
Semakin besar energi yang disalurkan oleh suporter, maka semakin besar pula semangat dan energi atlet untuk tampil di gelanggang pertandingan
3. Stamina, Kesehatan Fisik dan Psikis
Stamina, kesehatan fisik dan psikis merupakan salah satu faktor penting yang menentukan performa pertandingan. Sebaiknya selama musim pertandingan berlangsung, atlet terus menerus menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan perasaannya agar bisa tampil dengan baik.
SUMBER : https://gudangpelajaran.com/lempar-lembing/