Gunung Sahilan, (Rantau Kampar Kiri) kerajaan / Sumatera, Prov. Riau
Kerajaan Gunung Sahilan, atau Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan: 1700 – 1941 (1946) terletak di Sumatera, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, propinsi Riau.
Kabupaten Kampar
Provinsi Riau (hijau)
Tengku Muhammad Nizar dinobatkan sebagai Raja Gunung Sahilan yang baru. Kerajaan ini sebelumnya mengalami kekosongan gelar raja sejak 1978. Artinya, Nizar mengakhiri kekosongan itu selama kurang lebih 39 tahun.
sumber : www.flickr.com/photos/
Tentang gelar raja
Berdirinya Kerajaan Gunung Sahilan tidak dapat dipisahkan dari Kerajaan Pagaruyung yang didirikan oleh Adityawarman, seorang penerus Dinasti Mauli penguasa di Kerajaan Melayu. Kerajaan Gunung Sahilan pada masa awal berdirinya diperkirakan pada abad ke 16-17 Masehi. Raja yang memerintah di adalah keturunan raja Pagaruyung atau Raja Muda Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Gunung Sahilan berdiri sendiri sebagai Kerajaan berdaulat setelah runtuhnya Kerajaan Pagaruyung pada awal abad ke 18 Masehi akibat perang paderi.
Gelar adat Raja Kerajaan Gunung Sahilan adalah “Tengku Yang Dipertuan Besar” dan untuk Raja ibadat adalah “Tengku Yang Dipertuan Sati”. Berdasarkan riwayat raja-raja Kerajaan Gunung Sahilan, raja terakhir yang menjadi raja di kerajaan Gunung Sahilan, adalah Tengku Sulung yang Dipertuan Besar (1930-1945, beliau merupakan Raja Adat) dan Tengku Haji Abdullah Yang Dipertuan Sati (1930-1945, beliau merupakan Raja Ibadat). Kedua raja ini selanjutnya akan digantikan oleh Tengku Ghazali, namun ia tidak sempat dinobatkan sebagai Raja karena Indonesia sudah merdeka. kerajaan Gunung Sahilan bergabung dengan Republik Indonesia. Akibatnya keberadaan Kerajaan Gunung Sahilan hilang ditelan bumi.
Sejarah / History kerajaan Gunung Sahilan / Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan
Raja Ibadat adalah salah satu dari Rajo Tigo Selo, institusi tertinggi kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo.
Rajo Tigo Selo yang terdiri dari Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat.
Raja Ibadat adalah sosok pemegang hukum agama, orang yang dituakan, dan tempat para penghulu dan tuan kadi bertanya atau mendamaikan sengketa dan menyelesaikan konflik dalam masyarakat. Keberadaan Raja Ibadat tidak bisa dipisahkan dari struktur genealoginya sebagai keturunan langsung dari Raja Adityawarman, pendiri Kerajaan Minangkabau. Wilayah kekuasaannya di Sumpur Kudus.
Riau adalah negeri yang kaya akan sejarah dimasa lampau. Tidak hanya kaya akan Sumber Daya Alam tetapi juga kaya akan sejarah. Kerajaan atau Bangsa Melayu pernah mengalami masa jaya pada dahulu.
Propinsi Riau ini merupakan gabungan dari sejumlah kerajaan Melayu yang pernah berdiri, diantaranya ialah Kerajaan Indragiri (1658 – 1838), Kerajaan Siak (1723 – 1858), Kerajaan Pelalawan (1530 – 1879), Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913).
Ada banyak lagi kerajaan kecil lainnya, antaranya Gunung Sahilan.
Kerajaan Gunung Sahilan berdiri pada awal abad ke 16 sebagai kerajaan vazal dengan raja pertamanya adalah Raja Bujang Sati yang merupakan anak Raja Pagaruyung. setelah runtuhnya kerajaan Pagaruyung, akibat perang paderi maka Kerajaan Gunung Sahilan merdeka secara Depakto dan Deyure. Semenjak berdiri sehingga berintegrasi dengan NKRI, Kerajaan Gunung Sahilan diperintah oleh 12 orang Raja/ Sultan dengan gelar Raja : Tengku yang dipertuan Besar.
Sebagai sebuah kerajaan/Negara berdaulat tentunya kerajaan Gunung Sailan memiliki wilayah Negara/territorial yang meliputi seluruh Rantau Kampar Kiri. Secara adat Rantau Kampar Kiri Memiliki dua daerah Besar yaitu di sebut daerah Rantau Daulat dan Rantau Andiko.
Pada mulanya, Gunung Sahilan bernama Gunung Ibul. Letak perkampungannya, berjarak satu kilometer dari kampung sekarang ini. Di kawasan Gunung Ibul itu, masih terdapat beberapa bekas situs sejarah yang juga tidak terawat dan nyaris hilang sejak perkebunan kelapa sawit menjamur di sepanjang Sungai Kampar. Di masa Gunung Ibul, atau Kerajaan Gunung Sahilan Jilid I, masyarakat masih beragama Budha, dibuktikan dengan bekas-bekas kandang babi dan tapak-tapak benteng.Beberapa keturunan raja terakhir, Tengku Yang Dipertuan (TYD) atau lebih sering disebut Tengku Sulung (1930-1941) seperti Tengku Rahmad Ali dan Utama Warman, kerajaan Gunung Sahilan Jilid I diawali dengan Kerajaan Gunung Ibul yang merupakan kerajaan kecil.
Tentang Raja Ibadat
Raja Ibadat adalah salah satu dari Rajo Tigo Selo, institusi tertinggi kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo.
Rajo Tigo Selo yang terdiri dari Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat.
Raja Ibadat adalah sosok pemegang hukum agama, orang yang dituakan, dan tempat para penghulu dan tuan kadi bertanya atau mendamaikan sengketa dan menyelesaikan konflik dalam masyarakat. Keberadaan Raja Ibadat tidak bisa dipisahkan dari struktur genealoginya sebagai keturunan langsung dari Raja Adityawarman, pendiri Kerajaan Minangkabau. Wilayah kekuasaannya di Sumpur Kudus.
Peta kerajaan-kerajaan di Riau abad ke-19 (incl. Gunung Sahilan)
Daftar raja / List of kings kerajaan Gunung Sahilan
Sembilan Raja dan satu orang Putra Mahkota itu adalah sebagai berikut :
- 1700-1730: Tengku yang Dipertuan Bujang Sati bergelar Sutan Pangubayang. Mangkat di Pagaruyung merupakan anak raja yang dijemput ke Pagaruyung.
- 1730-1760: Tengku Yang dipertuan Nan Elok, mangkat di Mekah.
- 1760-1800: Tengku yang Dipertuan Muda I. Mangkat di Pulau Gameran Laut Merah.
- 1800-1840: Tengku yang Dipertuan Hitam, mangkat di Gunung Sahilan.
- 1840-1870: Tengku yang Dipertuan Abdul Jalil Khalifatullah, mangkat di Jeddah.
- 1870-1905: Tengku yang Dipertuan Besar Tengku Daulat.
- Tengku Abdurrahman yang Dipertuan Muda.
- 1930-1945: Tengku Sulung yang Dipertuan Besar, (Raja Adat)
- 1930-1945: Tengku Haji Abdullah Yang Dipertuan Sati, (Raja Ibadat).
- 1939: Tengku Ghazali (putra Mahkota) dilantik pada tahun 1939, akan tetapi belum dinobatkan sebagai Sultan/Raja.
Istana kerajaan Gunung Sahilan
Didalam istana ini terdapat beberapa benda peninggalan Kerajaan Gunung Sahilan, diantaranya meriam kecil atau lelo (sebutan masyarakat tempatan), kendi, gong hitam, tombak, pedang, payung kerajaan, yang apabila dibuka diyakini masyarakat sekitar maka daerah Gunung Sahilan akan turun hujan, sebuah guci yang pada musim kemarau terisi penuh, tapi ketika musim hujan gucinya kosong, kata masyarakat setempat yang menyakininya., tempat tidur beserta kasur dan beberapa photo lama yang terpajang didalam istana.
Istana dipugar tahun 2014 sumber : www.flickr.com/photos/
Begitulah keberadaan kerajaan Kerajaan Gunung Sahilan, atau Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan Yang Ada dan jarang di ketahui oleh masyarakat di indonesia dan dunia , semoga dengan adanya materi ini bisa menjadi ilmu pengetahuan untuk kita semua mengenal kerajaan kerajaan yang berada di indonesia ,,
Sumber :
– Sejarah istana kerajaan Gunung Sahilan: http://gunungsahilan-news.blogspot.co.id/2013/01/istana-gunung-sahilan-penuh-pesona.html
– Sejarah kerajaan Gunung Sahilan:https://suprizaltanjung.wordpress.com/2012/06/11/sekilas-jejak-sejarah-kerajaan-gunung-sahilan/
– Sejarah kerajaan Gunung Sahilan: http://pesisirnews.com/view/Seni—Budaya/4229/Sejarah-Kerajaan-Gunung-Sahilan.html
-Daftar raja Gunung Sahilan:https://suprizaltanjung.wordpress.com/2012/06/11/sekilas-jejak-sejarah-kerajaan-gunung-sahilan/
– Sejarah kerajaan dan istana: http://www.riaudailyphoto.com/2011/08/istana-kerajaan-gunung-sahilan.html
– Adat penobatan raja Gunung Sahilan: http://febriyandiys.blogspot.co.id/2013/05/adat-penobatan-raja-gunung-sahilan.html