Pengertian Nuzulul al-Qur’an
Kata nuzulul al-qur’an adalah gabungan dua kata, yang dalam bahasa arab susunan semacam ini disebut dengan istilah tarkib idhofi, dan dalam bahasa indonesia biasa diartikan dengan turunnya al-qur’an. Dalam bahasa Arab, kata ”nazala” dapat berarti; meluncur dari tempat tinggi ke tempat yang rendah”. Nuzul, juga secara etimologi dapat berarti singgah atau tiba di tempat tertentu. Makna nuzul dalam pengertian yang disebut terakhir ini dalam kebiasaan orang arab menurut ‘abdul ‘azhim al-zarqony sebagai makna hakiki.
Dr. Ahmad al-sayyid al-kumi dan Dr. Muhammad ahmad yusuf al-qosim mengemukakan: setidak-tidaknya, ada lima makna nuzul yaitu, dua diantaranya yang telah disebutkan di atas, sedangkan dua makna lainnya yang berarti: “tertib, teratur” dan kata yang berarti “perkumpulan”. Kemudian yang terakhir kata: nuzul juga dapat berarti “turun secara berangsur-angsur dan terkadang sekaligus”
Pengertian nuzul al-qur’an bukanlah tergambar dalam wujud perpindahan atau turunnya al-qur’an dari atas ke bawah, tetapi haruslah di pahami bahwa segenap penghuni langit dan bumi telah di ‘i’lamkan (diberitahukan) oleh allah mengenai al-qur’an dengan segala aspeknya. Dengan demikian, bila kata nuzul dita’wilkan dengan kata i’lam, maka akan hilang image tentang interpretasi nuzul dalam arti “perpindahan sesuatu dari atas ke bawah”. Sebab pemberitahuan allah mengenai apapun pada siapa saja tidak terikat oleh arah tertentu atau tempat tertentu. Karena bila allah hendak mengi’lamkan (memberitahuakan) firman-Nya tidak harus dari atas, sebab allah tidak mempunyai tempat tertentu sebagaiman makhluk-Nya. Atas dasar itulah, pen’wilan kata nuzul dengan kata i’lam, demikian al-zarqony, adalah lebih relevan dengan kedudukan dan eksistensi serta didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:
1. Sesuatu yang pasti bahwa al-qur’an ialah kalam Allah, karean itu kalam Allah tersebut sangat terkait dengan dalalah dan pemahaman. Denagn demikian pena’wilan terhadap kata nuzul dengan arti i’lam berarti kembali pada suatu yang telah diketahui dan dipahami dari apa yang terkait tadi (dalalah dan pemahaman).
2. Bahwa yang dimaksud dengan al-qur’an berada di lauh al-mahfuzh dan di langit dunia (bait al-‘izzah) serta di dalam hati Nabi s.a.w, juga dalam arti bahwasannya al-qur’an itu telah dii’lamkan oleh Allah kepada makhluk-Nya di bumi sesuai dengan kehendak allah, sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebenaran.
3. Bahwa ditafsirkan lafal inzal, nuzul dengan lafal i’lam dalam konteks ini, hanyalah tertuju kepada al-qur’an dengan segala yang dikandungnya.[1]
Sejarah nuzulul al-qur’an
Al-qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi muhammad lewat perantara malaikat jibril. Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah pada saat beliau berkholwat di gua hiro’. Beliau di datangi malaikat jibril dan menyuruhnya membaca, Nabipun sangat takut dan bergemetar lalu berkata “saya tidak bisa membaca” karena Nabi adalah ummy (buta huruf). Tapi jibril dengan sabar mengajari beliau, dan itulah wahyu yang pertama kali turun yaitu surat al-‘alaq ayat 1-5
Al-qur’an diturunkan pada tanggal 17 ramadhan yang sering di peringati umat muslim sebagai hari nuzulul qur’an. Sesuai dengan firman allah surat al-baqoroh ayat 183. Adapula yang mengemukakan bahwa al-qur’an turun pada malam-malam ganjil sepuluh hari pada bulan ramadhan (lailatul qodar) karena berpegang pada firman Allah surat al-qodar ayat 1-2. Ada banyak cara Allah menyampaikan wahyu pada Nabi dan Rasul-Nya. Diantaranya;
1. Wahyu turun tanpa perantara.
a. Melalui mimpi yang benar. Misalnya ketika turun wahyu surat al-Kautsar ayat 1-3.
b. Allah berbicar langsung dari balik hijab, contonya wahyu yang diterima Nabi Muhammad saat isro’ mi’roj tentang perintah sholat lima waktu.
2. Wahyu turun melalui perantara malikat.
a. Jibril menampakkan wajahnya atau bentuknya yang asli. Seperti saat Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama yaitu surat al-‘alaq ayat 1-5.
b. Jibril menyamar seperti seorang laki-laki yang berjubah putih. Misalnya ketika Nabi menerima wahyu tentang iman, islam, ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.
c. Wahyu datang seperti gemerincing lonceng.[2]
Sebagai mana dimaklumi, bahwa Allah menurunkan al-qu’an kepada Rasul-Nya melalui “amin al-wahyi” (jibril a.s). sementar itu para ulama berbeda pendapat mengenai turunnya wahyu tersebut sebelum disampaikan kepada Rasul pilihan-Nya itu. Pendapat-pendapat dimaksud Ialah:
a. Pendapat pertama mengatakan bahwa al-qur’an itu diturunkan melalui tiga tahap.
Tahap pertama: al-qur’an diturumkan Allah ke lauh al-mahfuzh secara sekaligus dalam arti, bahwa Allah menetapkan keberadaannya di sana, sebagimana halnya dia menetapkan adanya segala sesuatu sesuai denagn kehendak-Nya, tetapi kapan saatnya serta bagaiman caranya tidak seorangpun mengetahui kecuali allah, sesuai dengan firman-Nya,dalam Qur’an surat Al-buruj ayat 21-22 Yang artinya:
“Bahkan (yang didustakan mereka itu ), ialah al-qur’an yang mulia yang (tersimpan) di lauh al-mahfuzh.’’
Tahap kedua: al-qur’an diturunkan dari lauh al-mahfuzh ke bait al-‘izzah yang berada di langit dunia. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 185 yang artinya:
“Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-qur’an sebagi petunjuk bagi manusia, dan memberikan penelasan-penjelasan mengenai petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil.”
Dan dalam surat Ad-dukhan ayat 3 yang artinya:
“Sesungguhnya kami telah menurunkan al-qur’an pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan.”
Dan juga firman-Nya dalam surat al-qadar ayat 1 yang artinya:“sesungguhnya kami telah turunkan al-qur’an pada malam kemuliaan (lailah al-qadar)”
Tahap ketiga: al-qu’an diturunkan dari bait al-‘izzah (langit dunia) dengan perantara jibril as. Kepada Rasul s.a.w untuk pertama kalinya pada tanggal 17 bulan ramadhan, dan berlanjut secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Pendapat tersebut dianut oleh para jumhur ‘ulama. Mereka mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan turunnya al-qur’an pada ketiga ayat diatas ialah turunnya secara keseluruhan sekaligus, bukan berangsur-angsur.
Sebab ayat-ayat tersebut bukan berbicara tentang permulaan turunnya al-qur’an. Oleh karena itu, jumhur ‘ulama sepakat untuk mengambil makna lahirnya ayat, tanpa mena’wilkannya, dalam kaitan ini setidak-tidaknya ada tiga hadis yang dijadikan sebagi pegangan untuk memperkuat pendapatnya itu dalam menginterpretasikan makna ayat-ayat tersebut. Hadis-hadis dimaksud ialah:
1. Hadis yang diriwayatkan oleh al-hakim dengan sanadnya sendiri, dari sa’id bin jubair dari ibnu ‘abbas ia mengatakan:
“al-qur’an dipisahkan (dibedakan) dari al-dzikr, mula-mula diletakkan (diturunkan) ke bait al-‘izzah yang berada di langit dunia, kemudian jibril membawanya (menyampaikannya) kepada Nabi s.a.w”
2. Hadis yang diriwayatkan oleh al-nasa’i dan al-hakim serta al-baihaqi melalui jalur daud bin Abi Hind, dari ‘ikrimah, dari ibnu abbas, ia menyatakan:
“al-qur’an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam qadar, kemudian diturunkan (kepada Rasulallah s.a.w) selama kurang lebih dua puluh tahun. ”selanjutnya ibnu abbas membacakan “: dan al-qur’an itu telah kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacanya secara perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. Q.S. (17): 106. Dan(tidaklah orang-orang kafir itu) datang kepadamu (membawa sesuatu yang ganjil), melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya. Q.S. (25):33
3. Hadis yang diriwayatkan oleh al-hakim dari baihaqi serta lainnya dari jalur manshur, dari sa’id bin jubair, dari ibnu abbas, ia berkata:
“al-qur’an diturunkan secara seksligus ke langit dunia, sebelumnya( al-qur’an berada) “di tempat” bintang-bintang, kemudian Allah menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian. ”
a. Pendapat kedua mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan turunnya al-qur’an dalam ketiga ayat diatas adalah, permulaan turunnya al-qur’an langsung dari Allah melalui malaikat jibril kepada Rasulallah s.a.w pada malam qadar, kemudian berlanjut secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian dan peristiwa dalam berbagai masa dan waktu, selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian menurut pendapat ini al-qur’an tidak diturunkan secara sekaligus ke lauh al-mahfuzh dan ke langit dunia sebelum disampaikan jibril kkepada Rasulullah s.a.w.
b. Pendapat ketiga mengatakan bahwa al-qur’an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh atau dua puluh tiga atau dua puluh lima kali malam lailatul qadar. Pada setiap malam qadar telah ditentukan ukuran turunnya untuk setiap tahun. Setelah itu, baru diturunkan kepada Nabi secara beragsur-angsur sepanjang tahun yang telah ditentukan tadi sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Pendapat ini adalah hasil dari ijtihad dari sebagian mufasir, namu tidak disertai dengan argumen.
c. Pendapat keempat mengatakan, bahwa al-quran diturunkan dari lauh al-mahfuzh secara sekaligus, kemudian jibril a.s menghafalkan secara berangsur-angsur selama dua puluh malam setelah itu, jibril menyampaikan kepada rasul s.a.w dengan cara berangsu-angsur selama kurang lebih dua puluh tahun.[3]
Hikmah diturunkannya Al Quran secara berangsur-berangsur
Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur pastilah memiliki hikmah, diantaranya adalah:
1. Menetapkan (littastbit) hati Rasulullah.
Kenapa hati Rasulallah perlu dikuatkan?
Karena Nabi berdakwah pada orang banyak salah satunnya adalah orang-orang quraisy yang mana mereka terkenal dengan orang-orang yang kasar dan bengis. Yang tidak hanya menentang ajaran beliau tetapi mereka juga berusaha membunuh beliau. Maka dengan adanya al-qur’an turun secara berangsu-angsur dapat memberi semangat pada Rasul untuk tetap berdakwah, karena hal itu sama dengan yang dialami Nabi dan Rasul terdahulu.
2. Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat).
Karena sering kali mereka tidak meyakini dan meminta bukti atas kebenaran ajaran yang dibawa Nabi.
3. Mudah dipahami dan dihafal.
Beberapa sahabat adalah buta huruf, jadi dengan adanya al-qur’an diturunkan secara berangsu-angsur dapat mempermudah mererka untuk menghafalkan dan dipahami serta diamalkan.
4. Sesuai dengan peristiwa atau kejadian yang dialami
Al-qur’an diturunkan untuk menjawab segal permasalahan-permasalahan yang di hadapi kaum muslimin pada saat itu.[4]
IV. KESIMPULAN
Pengertian nuzulul Qur’an adalah turunnya Al Qur’an pada nabi Muhammad, dengan perantara malikat Jibril yang diturunkan secara berangsur-angsur. Al Quran diturunkan melalui dua cara yaitu, secara langsung dan tidak langsung.
Hikmah diturunkannya Al Quran secara berangsur-angsur adalah menetapkan hati Rosulullah, melemahkan lawannya (mu’jizat), mudah dipahami dan dihafal, sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat, tentunya dengan harapan dapat memberi pengetahuan lebih untuk penulis serta pembaca, tak lepas dari itu semua mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, dan tak lupa kritik dan saran yang membangun agar bisa menjadi acuan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.(af/rol)