Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah dan Sahabat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu kepada pembangunan tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Pendidikan Islam bersumber kepada al-Quran dan Hadis adalah untuk membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Allah Swt, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain, untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yaitu memanusiakan manusia, supaya sesuai dengan kehendak Allah yang mencipta kan sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
1.2 Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub judul yang akan dibahas, ada baiknya pemakalah rumuskan sebagai berikut :
Tujuan pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Materi dan lembaga Pendidikan Islam apa saja yang ada pada masa tersebut
Tokoh-tokoh pendidikan Islam apa saja yang ada pada masa tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin
Allah saw mewahyukan agama islam kepada Nabi Muhammad SAW dalam nilai kesempurnaan tertinggi, kesempurnaan itu meliputi segi-segi fudemental tentang berbagai aspek kehidupan manusia berupa hukuman dan norma. Untuk mengantarkannya kepintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, ajaran-ajaran islam bersifat internal dan universal sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan-nya. Norma-norma atau aturan tersebut secara garis besarnya terhimpun dalam tiga hal pokok.[1] yaitu :
Akidah
Syar’iah
Akhlak
Ketiga pokok tersebut sekaligus sebagai ruang lingkup dalam ajaran islam. Semua unsur yang termasuk dalam ruang lingkup ajaran islam tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi menjadi satu pembentuk keperibadian yang utuh pada diri seorang muslim. Antara akidah, syariah, dan akhlak masing-masing saling berkaitan.
2.1.1 Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW priode Mekkah dan Madinah
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.[2]
Nabi SAW tinggal di Makkah sejak mulai di angkat menjadi Rasul sampai Hijrah ke Madinah, lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari. Pengajaran yang diberikan Nabi selama itu ialah menyampaikan wahyu Allah, al-Qur’an yang terdiri dari 93 surah.[3] Di antara tujuan Pendidikan Islam pada masa ini adalah menerangkan pokok-pokok agama Islam, seperti beriman kepada Allah, Rasulnya, hari kiamat, dan ibadah. Sedangkan zakat belumlah diperinci di Makkah.[4] Pendidikan islam pada masa Makkah meliputi :
Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala. Pendidikan ini bertujuan untuk meng-Esakan Allah. Dan mengubah paradigma masyarakat, khususnya bagi kaum Quraish.
Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Pendidikan ini bertujuan agar membentuk kepribadian Muslim yang kokoh dan pandai bersukur akan segala nikmat dari Allah.
Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid. Pendidikan Akhlak ini adalah salah satu upaya Rasulullah yang bertujuan agar kehidupan pengikutnya selalu di iringi dengan budi pekerti yang baik, akhlak yang baik.
Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[5]
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.[6]Pendidikan fase Madinah apabila dirumuskan adalah sebagai berikut:
Pendidikan sosial politik dengan mewujudkan masyarakat yang baru.
Tujuan pendidikan ini adalah Rasulullah ingin mengkikis habis-habisan sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antara suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka, untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai contoh bersatunya Muhajirin dan Anshar.[7]
Pendidikan keagamaan
o Tentang Keimanan
ü Iman kepada Allah
ü Iman kepada malaikat
ü Iman kepada rasul / nabi-nabi
ü Iman kepada kitab-kitab Allah
ü Iman kepada hari akhir
ü iman kepaa qodo dan qadar Allah swt
o Tentang Ibadah
ü Shalat
ü Puasa
ü Haji
ü Zakat.
Pendidikan Akhlak
Kependidikan akhlak yang telah diberikan dimekkah diperkuat dan diperinci di madinah, seperti adab masuk rumah orang, adab berbicara, adab bertetangga, adab bergaul dalam masyarakat dan lain-lain.
Pendidikan Kesehatan (Jasmani)
Sesungguhnya dalam amal ibadah, seperti wudhu, mandi, sholat, puasa, haji, terselip pendidikan kesehatan (jasmani) secara amliyah (praktek).
Syariat Yang Berhubungan Dengan Masyarakat
Syari’at yang berhubungan dengan masyarakat ada empat macam :
o Hal yang berhubungan dengan rumah tangga yang dinamakan hal-hal perseorangan, seperti hukum perkawinan dan hukum warisan.
o Hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan manusia sesama manusia, seperti
hal-hal yang berhubungan dengan hukum perdata.
o Hal-hal yang berhubungan dengan Qisas, Ta’zir yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan hukum pidana.
o Hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi dan pemerintah.[8]
Tujuan pendidikan Islam pada masa rasulullah di Madinah antara lain bertujuan :
a. Menyusun rangka usaha atau kegiatan yang menjadikan setiap pribadi masyarakat Muslim semakin dekat dengan Khaliknya, sebagai bukti aqidahnya. Inilah yang idsebut dengan istilah ”ibadah”. Dalam istilah lain حبل من الله (hubungan dengan Allah).
b. Mengumpulkan dan menyusun prinsip-prinsip dan metode-metode yang mengatur kehidupan manusia. Yang melindungi kepentingan serta menghindarkan kemudratan baik untuk diri pribadi maupun berhubungan dengan orang lain.[9]
2.1.2 Pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
Pertumbuhan ilmu pengetahuan masa khulafaurrasyidin erat kaitannya dengan perluasan daerah islam. Pada masa permulaan islam, para sahabat yang utama baik dalam kedudukannya sebagai pejabat maupun suka rela, berangkat ketempat-tempat pemukiman baru dan kota-kota lainnya untuk mengajarkan agama islam kepada penduduk setempat.
Ilmu pendidikan klasik islam dibedakan menjadi dua macam yaitu : ulumul- Naqliyah (ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits) atau disebut ilmu syariat dan ulumul-aqliyah (ilmu yang bersumber dari akal) pada masa priode khalifaur rasyidin sebagai awal priode dari sesudah wafatnya rasulullah masih didominasi oleh pengembangan ilmu-ilmu naqliyah.[10]
Ilmu yang lahir pada priode khulfaur rasyidin antara lain sebagai berikut :
Ilmu qiro’at, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan membaca dan memahami Al-Qur’an. Ilmu ini muncul pada masa khalifah Usman bin Affan. Sebab munculnya adalah karena adanya beberapa dialog bahasa dalam membaca dan memahaminya dan dikhawatirkan terjadi kesalahan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karena itu diperlukan standarisasi bacaan dengan kaidahkaidah tersendiri. Apalagi pada masa itu Al-Qur’an belum ada syakal sehingga menimbulkan kesulitan dalam membacanya.
Tafsir Al-Qur’an, yaitu ilmu yang memahami ayat-ayat Al-Qur’an diantara sahabat yang mempelajari ilmu tafsir sesuai dengan apa yang diterima dari Rasulullah adalah : Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Ka’ab.
Ilmu hadits, untuk memahami Al-Qur’an tidak bisa lepas dari pemahaman terhadap hadits, maka pada waktu itu pada sahabat dalam memutuskan masalah tidak bisa dilepaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber utama.
Ilmu Nahwu, ilmu ini berkembang dibasrah dan kufah, karena di kota ini bermukim beberapa kabilah arab dan juga orang persia yang berdialog dengan beberapa bahasa. Pelopor pertama dalam bidang ini adalah Ali bin Abi Thalib.[11]
Khat Al-Qur’an yaitu ilmu yang berkaitan dengan penulisan Al-Qur’an dan penyebarannya. Al-Qur’an pada masa khulafaurrasyidin ditulis dengan menggunakan khat kufi dan Irak.
Ilmu fikih, ilmu ini berkembang seiring dengan semakin luasnya wilayah. Islam pada masa itu, para sahabat yang menguasai ilmu tersebut antara lain Umar bin Khattab, Zaid bin Tsabit (madinah). Abdullah bin Abb (mekah) Abdullah bin Masud (kufah) Anas bin Malik (basrah) Muaz bin Jabal (Syira) dan Abudllah bin Amr’ bin Ash (Mesir).
Ilmu sastra, ada dua pendapat tentang perkembangan sastra pada masa khulafaurrasyidin, yaitu :
o Sastra mengalami stagnasi keluar pengertian yang lebih kepada bahasa Al-Qur’an, sehingga syair dan sastra kurang berkembang.
o Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam berdakwah diperlukan bahasa yang indah.
· Ilmu Arsitektur, Arsitektur dalam islam dimulai tumbuhnya dari masjid. Dimulai dari masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW.[12]
2.2 Materi Pendidikan Islam pada masa nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
Allah saw mewahyukan agama islam kepada Nabi Muhammad SAW dalam nilai kesempurnaan tertinggi, kesempurnaan itu meliputi segi-segi fudemental tentang berbagai aspek kehidupan manusia berupa hukuman dan norma. Untuk mengantarkannya kepintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, ajaran-ajaran islam bersifat internal dan universal sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan-nya. Norma-norma atau aturan tersebut secara garis besarnya terhimpun dalam tiga hal pokok.[13] yaitu :
1. Akidah
2. Syariah
3. Akhlak
2.2.1 Materi Pendidikan Islam priode Nabi Muhammad priode Makkah
Di antara inti sari pendidikan Islam Rasulullah waktu di Mekkah adalah :
· I’tiqad dan keimanan,
o yaitu yakin dan mengi’tiqadkan adanya Allah yang maha Esa, Dialah Tuhan segala sesuatu dan Tuhan semesta alam. Segala sesuatu dalam alam wujud, baik di bumi ataupun dilangit adalah makhluk ciptaan-Nya dan tunduk dibawah perintah dan kekuasaan-Nya.
o Muhammad adalah Nabi dan rasul Allah, diwahyukan Allah kepada-Nya al-Qur’an untuk sebagai petunjuk dan pengajaran kepada seluruh manusia.
o Sesudah hidup di dunia ini ada hidup yang lainnya, yaitu hari akhirat dan hari pembalasan.[14]
· Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Pendidikan ini bertujuan agar membentuk kepribadian Muslim yang kokoh dan pandai bersukur akan segala nikmat dari Allah.
· Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid. Pendidikan Akhlak ini adalah salah satu upaya Rasulullah yang bertujuan agar kehidupan pengikutnya selalu di iringi dengan budi pekerti yang baik, akhlak yang baik.
· Pendidikan Jasmani atau Kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[15]
2.2.2 Materi Pendidikan Islam priode Nabi Muhammad priode Makkah
Pendidikan fase Madinah apabila dirumuskan adalah sebagai berikut :
Pendidikan sosial politik dengan mewujudkan masyarakat yang baru.
Pendidikan keagamaan
o Tentang Keimanan
ü Iman kepada Allah
ü Iman kepada malaikat
ü Iman kepada rasul / nabi-nabi
ü Iman kepada kitab-kitab Allah
ü Iman kepada hari akhir
ü iman kepaa qodo dan qadar Allah swt
o Tentang Ibadah
ü Shalat
ü Puasa
ü Haji
ü Zakat.
Pendidikan Akhlak
Pendidikan Kesehatan (Jasmani)
Syariat Yang Berhubungan Dengan Masyarakat
Syari’at yang berhubungan dengan masyarakat ada empat macam :
o Hal yang berhubungan dengan rumah tangga yang dinamakan hal-hal perseorangan, seperti hukum perkawinan dan hukum warisan.
o Hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan manusia sesama manusia, seperti
hal-hal yang berhubungan dengan hukum perdata.
o Hal-hal yang berhubungan dengan Qisas, Ta’zir yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan hukum pidana.
o Hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi dan pemerintah.[16]
2.2.3 Materi Pendidikan Islam priode Khulafaur Rasyidin
· Ilmu Qiro’at
Tafsir Al-Qur’an
Ilmu hadits
Ilmu Nahwu
Khat Al-Qur’an
Ilmu fikih
Ilmu sastra
Ilmu Arsitektur.[17]
2.3 Lembaga Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa meluasnya daerah kekuasaan Islam, dibarengi dengan usaha penyampaian ajaran Islam kepada penduduknya oleh sahabat, baik yang ikut sebagai anggota pasukan, amupun yang kemudian dikirim oleh khalifah dengan tugas khusus mengajar dan mendidik. Maka di luar madinah, dipusat-pusat wilayah yang baru dikuasai, berdirilah lembaga-lembaga/pusat-pusat pendidikan.[18]
Ada beberapa lembaga pendidikan yang di buat oleh Rasulullah sebagai pengerak kegiatan penyebaran agama Islam waktu itu, antara lain :
Rumah Arqam bin Arqam, Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama.[19] Pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sirri (sembunyi-sembunyi). Mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil. Pola pendidikan secara rahasia ini berlangsung selama kurang lebih tiga tahun.
Masjid Quba’ dan Masjid Nabawi, ketika Rasulullah Hijrah ke Madinah, beliau lalu mendirikan mesjid Quba dan Nabawi. Mesjid ini juga dipergunakan rasulullah menjadi sekolah yang pertama dalam sistem pendidikan lslam.
Kuttab (sekolah anak-anak), lembaga untuk belajar membaca menulis.
Darul Qur’an, yaitu suatu lembaga yang ada pada masa Rasulullah saw, untuk balajar menulis dan membaca al-Qur’an.[20]
Sedangkan pada masa khulafaur Rasyidin lembaga pendidikan islam masih sama dengan lembaga-lembaga pendidikan masa Rasulullah. Perbedaan nya pada masa khulafaur Rasyidin ini kekuasaan Islam tersebar luas, dan di antara kebijakan khalifah-khalifahnya adalah mendirikan pusat-pusat pendidikan agama islam, di antaranya :
Madrasah Makkah, Guru pertama yang mengajar di Makkah adalah Mu’ad bin Jabal.
Madrasah Madinah, di sinilah madrasah termasyhur, karena khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman serta banyak pula sahabat Nabi yang mengajar.
Madrasah Bashrah, Ulama sahabat yang terkenal di Bashrah adalah Abu Musa al-Asy’ari (sebagai ahli fiqih, hadits dan ilmu al-Qur’an).
Madrasah Kufah, di Kufah ada Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, sedangkan Abdullah bin Mas’ud sebagai guru agama. Ibn Mas’ud adalah utusan resmi khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kufah. Beliau adalah seorang ahli tafsir, ahli fiqh dan banyak meriwayatkan hadits Nabi saw.
Madrasah Fistat (Mesir). Tokohnya Abdullah bin Amr bin al-As. Ia adalah seorang ahli hadits, ia tidak hanya menghafal hadits yang didengarnya dari Nabi Muhammad saw saja, melainkan juga menuliskannya dalam bentuk catatan, sehingga ia tidak lupa dalam meriwayatkan hadits kepada para muridnya.
2.4 Tokoh-tokoh Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
Pendidikan Islam yang tersebar luas di seluruh manusia adalah berkat/hasil dari tokoh-tokoh yang berperan penting dalam penyebaran pendidikan Agama Islam itu sendiri, antara lain :
Nabi Muhammad SAW, dalam hal ini Rasulullah lah salah satu tokoh pendidikan Islam.
Abu Bakar ash-Siddik, salah satu tokoh pendidikan Islam dalam bidang Fiqih
Umar bin Khatthab, salah satu tokoh pendidikan Islam di bidang fiqih
Usman bin ’Affan, salah satu tokoh Pendidikan Islam di bidang fiqih
Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi yang merupakan Tokoh di bidang Tafsir dan Fiqih.
Abdullah bin Umar, seorang tokoh pendidikan di bidang hadits.
Ibn Mas’ud, beliau adalah seorang tokoh pendidikan di bidang tafsir, ahli fiqh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan, antara lain :
· Tujuan pendidikan Islam yang di ajarkan Rasulullah di Mekkah dan Madinah antara lain bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat, baik dari segi kepercayaan dan kelakuan masyarakat.
Menyusun rangka usaha atau kegiatan yang menjadikan setiap pribadi masyarakat Muslim semakin dekat dengan Khaliknya, sebagai bukti aqidahnya. Inilah yang idsebut dengan istilah ”ibadah”. Dalam istilah lain حبل من الله (hubungan dengan Allah).
Mengumpulkan dan menyusun prinsip-prinsip dan metode-metode yang mengatur kehidupan manusia. Yang melindungi kepentingan serta menghindarkan kemudratan baik untuk diri pribadi maupun berhubungan dengan orang lain.
· Pendidikan Islam di masa Rasul dan Khulafaur Rasyidin sangat menekankan pada pemahaman dan penghafalan al-Qur’an. Pada masa ini keilmuan yang berkembang belum terlalu meluas seperti pada masa setelahnya. Adapun cara pengajarannya sangat sederhana yaitu dengan bertatapan langsung antara pendidik dan peserta didiknya, sehingga pelajaran lebih cepat dipahami.
3.2 Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Karim
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, Jakarta : Pustaka Setia, 1998.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana , 2009.
Zuhairi dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, cet ke 11.
Fakhrur Rozy dalimunthe, Sejarah Pendidikan islam, Medan : Rimbow, 1986
Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2 , Semarang, : Aneka Ilmu, 2007.
[1] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, Jakarta : Pustaka Setia, 1998, hal : 107
[2] Al-Qur’an Surah al-‘Alaq 1-5
[3] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 9
[4] Ibid, hal 9
[5] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana , 2009, cetakan ke 3, hal 34, lihat juga di Zuhairi dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, cet ke 11, hal : 27
[6] Fakhrur Rozy dalimunthe, Sejarah Pendidikan islam, Medan : Rimbow, 1986, hal : 27
[7] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 16
[8] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 18-19
[9] Fakhrur Rozy dalimunthe, Sejarah Pendidikan islam, Medan : Rimbow, 1986, hal : 28
[10] Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2 , Semarang, : Aneka Ilmu, 2007, hal : 153
[11] Ibid, hal 154
[12] Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2 , Semarang, : Aneka Ilmu, 2007, hal : 145
[13] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, Jakarta : Pustaka Setia, 1998, hal : 107
[14] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 9-11
[15] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana , 2009, cetakan ke 3, hal 34, lihat juga di Zuhairi dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, cet ke 11, hal : 27
[16] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 18-19
[17] Asy’ari, Pendidikan Agama Islam 2 , Semarang, : Aneka Ilmu, 2007, hal : 145
[18] Zuhairi dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, cet ke 11, hal : 72
[19] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana , 2009, cetakan ke 3, hal 32
[20] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Hidakarya Agung, 1963, hal : 22
sumber:rudi