Pembentukan Eritrosit
Dalam minggu-minggu pertama dari kehidupan embrio, eritrosit primitif yang berinti dihasilkan dalam kantong kuning telur (yolk sac). Selama tiga bulan kedua (trimester pertengahan) dari kehamilan (gestasi), hati merupakan organ yang utama membentuk eritrosit dan pada saat yang sama eritrosit juga dibentuk di limpa (lien) dan kelenjar limfe (limfe-nodus). Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir kehamilan dan setelah lahir, eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.
Pada dasarnya semua sumsum tulang membentuk eritrosit sampai usia 5 tahun, tapi pada sumsum tulang panjang (kecuali pada proksimal humerus dan tibia) menjadi sangat berlemak, sehingga pada usia kira-kira 20 tahun sumsum tulang panjang tidak lagi menghasilkan eritrosit. Diatas usia 20 tahun, sebagian besar eritrosit dihasilkan oleh sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, costae dan pelvis.
Pembentukan Eritrosit
Dalam minggu-minggu pertama dari kehidupan embrio, eritrosit primitif yang berinti dihasilkan dalam kantong kuning telur (yolk sac). Selama tiga bulan kedua (trimester pertengahan) dari kehamilan (gestasi), hati merupakan organ yang utama membentuk eritrosit dan pada saat yang sama eritrosit juga dibentuk di limpa (lien) dan kelenjar limfe (limfe-nodus). Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir kehamilan dan setelah lahir, eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.
Pada dasarnya semua sumsum tulang membentuk eritrosit sampai usia 5 tahun, tapi pada sumsum tulang panjang (kecuali pada proksimal humerus dan tibia) menjadi sangat berlemak, sehingga pada usia kira-kira 20 tahun sumsum tulang panjang tidak lagi menghasilkan eritrosit. Diatas usia 20 tahun, sebagian besar eritrosit dihasilkan oleh sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, costae dan pelvis.
Ada kalanya sumsum tulang dapat dirangsang oleh berbagai jenis faktor sehingga dapat membentuk eritrosit dalam jumlah yang banyak, demikian pula sumsum tulang yang telah berhenti menghasilkan eritrosit dapat menjadi produktif kembali. Limpa dan hati juga dapat mengaktifkan kembali fungsi hemopoietiknya jika ada rangsangan yang ekstrem dan berkepanjangan yang menghendaki pembentukan eritrosit dalam jumlah yang banyak.
Di dalam sumsum tulang terdapt banyak sel pluripoten stem yang dapat membentuk berbagai jenis sel darah. Sel ini akan terus menerus diproduksi selama hidup manusia, walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai bertambahnya usia. Sesungguhnya ada stem sel yang lainyang bersifat unipoten yang hanya mampu membentuk satu jenis sel saja, missal eritrosit atau leukosit. Tetapi cirri-ciri sel-sel unipoten ini sulit dibedakan satu sama lain dan juga dengan sel pluripoten.
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit disebut proeritorblas. Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.
Pembentukan eritrosit dipengaruhioleh berbagai faktor, antara lain : vitamin B12, asam folat, mineral besi (Fe), tembaga (Cu), cobalt (Co), protein, hormon eritropeitin dan kadar oksigen di udara.
Penguraian (Destruksi) Eritrosit
Jika eritrosit telah berada dalam sistem sirkulasi, maka dalam keadaan normal umurnya rata-rata 120 hari. Eritrosit yang lebih tua menjadi lebih rapuh. Jika dinding selnya sangat rapuh, maka eritrosit dapat pecah dalam perjalananya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian besar eritrosit pecah didalam limpa karena terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa.
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati (sel-sel Kupffer) dan sumsum tulang. Besi (Fe) yang lepas diangkut kedalam sumsum tulang untuk membentuk eritrosit baru, atau disimpan dihati dan jaringan lain dalam bentuk ferritrin. Bagian hem-nya diubah sel-sel retikuloendotelium menjadi bilirubin (pigmen empedu).
Sumber : zonabawah