Menu Close

Sejarah Asal Nama Pulau Sumatera

Sejarah Asal Nama Pulau Sumatera

Asal Nama Pulau
Sumatera, pulau terbesar ke 6 di indonesia ini memiliki nama lain yaitu
Pulau Andalas, Pulau Percha dan Pulau Emas. Nama Sumatera berawal dari
keberadaaan Kerajaan Samudera yang terletak di pesisir timur Aceh. Yang
diawali kedatangan seorang petualang asa maroko yaitu Ibnu Batutah ke
kerajaan tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi
Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, dan Selanjutnya
Sumatera  tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk
dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai
sekarang.

Nama asli Sumatera, sebagaimana terdapat dalam
sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah Pulau Emas.
Istilah tersebut disebutkan oleh cerita rakyat minangkabau yaitu Pulau
Ameh (Pulau Emas) yaitu dalam cerita Cindua Mato. Dan seorang musafir
dari Cina yang bernama I-tsing yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya
(Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama
chin-chou yang berarti negeri emas.

Dalam berbagai prasasti,
Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa
(pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai
dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk
paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi
Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan
pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke
Suwarnadwipa.


Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama
“Serendib” (tepatnya: “Suwarandib”), transliterasi dari nama
Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang
mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya
terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi
Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.

Di
dalam salah satu naskah Yunani kuno mengungkapkan bahwa pulau sumatera
dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para
pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara,
terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan dan
kapur barus yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para
pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia
Barat dan Afrika Timur.

Kata yang pertama kali menyebutkan nama
Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja)
Sumtrabhumi (Raja tanah Sumatra),  berdasarkan berita China ia
mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan
nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad
ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan
nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau
Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara
pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula Setelah
postingan pertama tentang Sejarah Asal Nama Indonesia sekaran admin akan
bagi bagi informasi kembali tentang Asal Nama Pulau Sumatera, pulau
terbesar ke 6 di indonesia ini memiliki nama lain yaitu Pulau Andalas,
Pulau Percha dan Pulau Emas. Nama Sumatera berawal dari keberadaaan
Kerajaan Samudera yang terletak di pesisir timur Aceh. Yang diawali
kedatangan seorang petualang asa maroko yaitu Ibnu Batutah ke kerajaan
tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah,
dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, dan Selanjutnya Sumatera 
tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada
pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang.

Nama
asli Sumatera, sebagaimana terdapat dalam sumber-sumber sejarah dan
cerita-cerita rakyat, adalah Pulau Emas. Istilah tersebut disebutkan
oleh cerita rakyat minangkabau yaitu Pulau Ameh (Pulau Emas) yaitu dalam
cerita Cindua Mato. Dan seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing
yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad
ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas.

Dalam
berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan
istilah: Suwarnadwipa (pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas).
Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi.
Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan
pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam
cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik
Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.

Para musafir Arab menyebut
Sumatera dengan nama “Serendib” (tepatnya: “Suwarandib”), transliterasi
dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang
mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya
terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi
Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.

Di
dalam salah satu naskah Yunani kuno mengungkapkan bahwa pulau sumatera
dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para
pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara,
terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan dan
kapur barus yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para
pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia
Barat dan Afrika Timur.

Kata yang pertama kali menyebutkan nama
Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja)
Sumtrabhumi (Raja tanah Sumatra),  berdasarkan berita China ia
mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan
nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad
ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan
nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau
Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara
pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau
Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah
di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut
Portugis.

Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya tahun
1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India,
selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah
bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa
pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya,
nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir
lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid
membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau
Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan
kemudian muncullah naa Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun
1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506
memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu
Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. 
Antonio Pigafetta tahun 1521 pertama kali memakai nama yang mendekati
nama pada saat ini yaitu Somatra.

Catatan-catatan orang Belanda
dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad
ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatera. Bentuk inilah yang
menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatera.
Sehingga sampai sekarang Pulau Emas tersebut di beri nama Sumatera.

sumber : http://asalasalusul.com/2013/06/sejarah-asal-nama-pulau-sumatera.html

Leave a Reply