Menu Close

Sejarah Islam di Ciamis

Proses Islamisasi di Ciamis
Berdasarkan uraian terdahulu diketahui bahwa tinggalan- tinggalan arkeologis yang bercorak Hindu Buddha di Ciamis ditemukan dalam keadaan terbalik, tidak lengkap, dan terkumpul di suatu tempat. Keadaan demikian merupakan akibat dari kesengajaan yang berkaitan dengan proses islamisasi. 
Pada umumnya islamisasi di Nusantara berlangsung melalui tiga fase, yaitu kontak dengan Islam, tumbuhnya komunitas Islam sehingga terbentuk kekuasaan politik Islam, dan pelembagaan Islam (Ambary, 1998: 55 – 60). Mengenai cara-cara penyebaran Agama Islam, Suwedi Montana (1996: 19) mengemukakan pendapat bahwa terdapat dua cara, yaitu secara perorangan dan secara politis. Penyebaran Islam secara perorangan cenderung dilakukan dengan cara damai, sedangkan secara politis cenderung dilakukan dengan cara kekerasan.
Daerah Ciamis pada masa lalu termasuk wilayah Galuh. Di dalamCarita Purwaka Caruban Nagari penyebaran Islam di daerah Galuh dilakukan pada masa Susuhunan Jati dari Cirebon. Pada waktu itu Galuh berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Ketika pusat kekuasaan dipindah ke Bogor daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Galuh menjadi terpecah-pecah. Keadaan tersebut berlangsung hingga Susuhunan Jati mempersatukan kembali dengan Agama Islam sebagai alat pemersatunya ( Ekadjati, 1975: 99 – 100). 
Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari tergambar bahwa tahap kontak dengan Islam di daerah Ciamis adalah kontak dengan Cirebon. Kontak tersebut dilakukan dengan secara perorangan yaitu oleh Susuhunan Jati. Kondisi masyarakat yang terpecah-pecah akibat pindahnya pusat kekuasaan, tersusun lagi menjadi komunitas muslim. Komunitas tersebut berkembang hingga tersusun kekuatan politik dalam bentuk kabupaten. Pada waktu itu proses islamisasi berlangsung terus sehingga terjadi pelembagaan Islam. Hal itu terlihat pada perekayasaan candi menjadi makam Islam sebagaimana terlihat di situs Rajegwesi. Hal-hal yang menunjukkan simbol-simbol religi pra-Islam dihilangkan dengan cara dibalik atau dirusak. Sedang untuk menghindari terjadinya kemusyrikan pada masyarakat, simbol-simbol religi pra-Islam tersebut dikumpulkan di suatu tempat.
sumber:http://arkeologisunda.blogspot.co.id/2009/03/gambaran-islamisasi-di-ciamis-jawa.html

Leave a Reply