Menu Close

Sejarah Perkembangan Islam di Ethiopia

Sejarah Perkembangan Islam di Ethiopia

Kemunculan Islam di Ethiopia dan penetrasinya yang mendalam ke seluruh kawasan, begitu pula masuknya Islam ke Afrika, adalah satu dari sekian episode sejarah yang terabaikan, kecuali bagian tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di wilayah tersebut, dan itu pun hanya sekilas. Para sejarawan Arab abad pertengahan tidak memedulikannya. Paragraf-paragraf yang mencurigakan dalam buku-buku sejarah dan tulisan orang-orang Barat lebih menyoroti wajah Kristen Ethiopia. Kedudukannya semacam benteng bagi misi Kristen di tengah-tengah lautan bangsa dan negara-negara Islam. Beberapa buku karya penulis Arab malah menjadikan tulisan-tulisan orang Barat sebagai referensi penelitian mereka. 

Kita tahu bahwa sampai saat ini belum ada kajian dan penelitian serius tentang sejarah, situasi, dan realitas umat Islam masa lalu dan sekarang di Ethiopia. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, yang paling utama adalah kelangkaan referensi yang netral sebagai konsekuensi dari kelalaian dan penggelapan yang disengaja atas masalah itu dalam buku-buku sejarah, dan ketidaktahuan tentang peninggalan-peninggalan Islam yang berakar dan hidup di Ethiopia, cerita-cerita kepahlawanan perjuangan kaum Muslimin di Ethiopia dan Afrika, dan perjuangan yang tak kenal menyerah demi menjaga agama dan identitas Islam.

Umat Islam Ethiopia menghadapi serangan ganas dari tentara salib di masa lalu dan tipu daya mereka di masa kini. Mereka benar-benar terisolasi dari saudara-saudara muslim di sekeliling mereka. Pemerintahan dan kekuatan sekutu tentara salib yang silih berganti secara sengaja menyembunyikan potret Islam di Ethiopia. Mereka juga sengaja menghilangkan simbol-simbol Islam yang antik dan bernilai sejarah, yaitu dengan menghancurkan masjid-masjid kuno yang bersejarah, simbol-simbol yang menunjukkan keberadaan pemerintahan Islam yang dibangun oleh Bani Umayah, Bani ‘Uqail al-Hasyimi, dan Bani Makhzum yang datang dari pesisir Arab dan mendirikan pemerintahan Islam di Harar, Afar, Bale, Jima, Shewa, dan Dire Dawa. Pemerintahan salibis juga menghancurkan makam dan masjid, serta merusak manuskrip-manuskrip kuno.

Haile Selassie mengalokasikan anggaran khusus untuk memusnahkan arkeologi Islam. Dia mendatangkan ahli-ahli dari Barat untuk menghilangkan dan merusak landmark arkelogis dan memerintahkan pendirian gereja di atas reruntuhan landmark Islam untuk menunjukkan kepada dunia bahwa negara itu adalah negara Kristen. Proyeknya mendapat sokongan kuat dari tentara salib yang fanatik. UNESCO World Foundation, yang sebagian besar anggotanya berasal dari negara-negara Islam, telah berkontribusi besar dalam melestarikan warisan Kristen. Dalam sejumlah laporannya UNESCO menekankan harusnya mempertahankan landmark-landmark Kristen yang palsu, dan mengabaikan arkeologi Islam yang antik, padahal mereka mengetahui keberadaan arkeologi Islam yang nyaris punah.

Di era Menelik II, ayah Haile Selassie, Gubernur Provinsi Harar, merobohkan sebuah mesjid kuno, lalu membangun sebuah gereja di atas reruntuhannya untuk menunjukkan atau memberikan kesan bahwa Harar adalah negara Kristen. Semua gubernur yang ditugaskan oleh kaisar Menelik II juga berbuat serupa. Mereka menghapus landmark arkeologis Islam, mengubah nama-nama kota, mendirikan gereja di kampung-kampung dan kota-kota yang dulunya Islam, semisal Jima, dan Agaro di bagian Barat Ethiopia, Shewa di Ethiopia Tengah. Peninggalan Daulah Umawiyah, Makhzumiyah, dan Hasyimiyah di Ethiopia Timur juga dihancurkan.

Dari aspek penulisan sejarah negara Ethiopia, para penulis dan sejarawan cenderung menonjolkan wajah Kristen dan mengagungkan sejarahnya. Semua upaya dilakukan demi Kristen. Negara dijadikan benteng pertahanan dan lain sebagainya bagi Kristen. Buku dan media massa juga secara fokus mendistorsi sejarah Islam dan kaum Muslimin di kawasan. Bahkan raja Negus yang memeluk Islam—semoga Allah merahmatinya—juga tidak luput dari upaya-upaya pemalsuan, distorsi, dan pengabaian. Tidak ada satu pun penulis atau sejarawan asli Ethiopia maupun peneliti Barat yang menceritakan sejarah raja yang satu ini. Sejarah Raja Negus ditelantarkan, tetap tidak dikenal dan tidak diceritakan, bahkan hingga saat ini. Pemerintahan lokal Tigray baru-baru ini mengizinkan untuk mengungkap sejarah raja pertama sebelum Islam ini setelah didesak oleh umat Islam di wilayah tersebut. Mereka membuat makam untuk Raja Negus dan membangun sebuah masjid yang juga dinamai dengan namanya.

Sontak pihak gereja marah dan mengecam keputusan tersebut. Mereka menyangkal keberadaan raja Ethiopia sebelum Islam. Uskup Agung yang keras kepala mengecam keputusan pemerintah lokal Tigray. Dia menyangkal keras keberadaan Raja Negus. Dia bersikukuh kepada keyakinan gereja yang tidak mengakui peristiwa semacam ini. Tindakannya tersebut didukung oleh semua lembaga Kristen, sejarawan lokal, dan sejarawan Barat. Lembaga Studi Ethiopia semi resmi dan para guru besar Universitas Adis Ababa, yang mayoritas menganut Kristen, juga menyangkal bahkan mengutuk keputusan tersebut.

Pada saat upacara yang diselenggarakan oleh kaum Muslimin di Tigray dalam rangka pembukaan masjid dan pembangunan makam khusus untuk Raja Negus dan para sahabat mulia yang meninggal di sana, Uskup Agung mengatakan bahwa Ethiopia adalah negara Kristen dan umat Islam bukanlah warga negara asli Ethiopia. Dia menjelaskan kepada para pengunjung bahwa 70 % penduduk Ethiopia adalah umat Kristen dan 30 % yang lainnya adalah umat Islam dan kaum pagan yang tinggal di negara tersebut.

Semua media bersikeras dan senantiasa fokus menampilkan wajah Kristen melalui program radio, televisi, penerbitan, dan media cetak, dan emoh menampilkan landmark Islam secara keseluruhan. Sebagai contoh adalah penerbitan milik Perusahaan Ethiopian Airlines yang membagi-bagikan fitur-fitur landmark Kristen di atas pesawat kepada penumpang supaya para turis atau pengunjung yakin bahwa Ethiopia adalah negara Kristen, agar mereka terpengaruh dan menanggapinya.

Prof. Haga, sejarawan Israel, memberikan kuliah umum pada tahun 1997 di Universitas Adis Ababa yang dihadiri banyak penulis, sejarawan, cendekiawan dan tokoh masyarakat lainnya. Kuliah yang disampaikannya mengambil judul Timur Tengah dan Islam. Dia mengatakan bahwa Timur Tengah tidak lagi murni Islam dan Kairo bukan lagi ibu kota Islam. Dia memberikan analisis atas pernyataannya dengan mengatakan bahwa situasinya secara keseluruhan telah berubah. Kontrol Islam terhadap kawasan ini sudah berakhir dengan munculnya negara Israel dan kontrol orang-orang Kristen atas Eritrea. Juga dengan adanya negara Ethiopia yang Kristen sejak dulu dan munculnya entitas Kristen di Mesir sebagai kekuatan yang berpengaruh di wilayah itu. Orang-orang Koptik bisa saja mendirikan negara Kristen di Delta Nil kapan pun mereka mau mengingat jumlah mereka yang terus bertambah, kebersamaan dan superioritas mereka dalam bidang pengetahuan.

Saat berbicara tentang Ethiopia, Haga mengatakan bahwa Ethiopia nyaris jatuh ke dalam kendali umat Islam pada era pertama kerasulan, karena masuk Islamnya Raja Negus—dialah dosen pertama yang mengakui masuk Islamnya Raja Negus—akan tetapi kesadaran kalangan gereja dan kalangan istana serta kemarahan mereka terhadap Raja Negus, di samping pengasingan Raja Negus sendiri di luar ibukota kerajaannya dan kematiannya di pengasingan telah menyelamatkan Ethiopia dan mengembalikan eksistensi Kristennya. Dengan demikian, Ethiopia adalah negara pertama yang mengalahkan Islam di era pertama pemerintahannya. Ethiopia juga negara pertama yang mengalahkan kekuatan Mesir yang berupaya menguasai sumber-sumber Nil.

Pada abad ke-16 Ethiopia juga berhasil mengalahkan kekuatan Imam Ahmad bin Ibrahim Sang Penakluk yang dijuluki si kidal, yang menaklukkan Ethiopia untuk Islam. Kemudian Haga memprediksikan bahwa Ethiopia bakal mengalahkan Islam di akhir zaman dan menghancurkan Ka‘bah. Dia merujuk sebuah hadis yang dihubungkan kepada Rasulullah Saw bahwa orang-orang Ethiopia bakal menghancurkan Ka‘bah pada akhir zaman. Dia juga merujuk hadis lainnya, “Tinggalkanlah orang-orang Ethiopia sebagaimana mereka meninggalkan kalian.” Kita jadi bertanya-tanya, apakah Isaias berencana menghancurkan Ka‘bah ketika mencaplok Kepulauan Hanis, Yaman, dekat pantai barat dengan bantuan Barat?

Demikianlah, Prof. Haga dan orang-orang yang seide mempersiapkan orang-orang Ethiopia, memobilisasi, menumbuhkan keberanian, dan memotivasi mereka agar suatu saat nanti siap menghancurkan Ka‘bah yang mulia, semisal dengan kuliah yang penuh kedengkian dan kebencian terhadap Islam tersebut. Dari waktu ke waktu orang-orang Ethiopia dicekoki oleh kuliah-kuliah semacam itu. Para pembicara dari Barat dan Israel silih berganti mengarang sejarah palsu dan menjejali pikiran orang-orang Kristen dengan aneka kebatilan.

Oleh karena itu, studi yang objektif dan mendalam tentang peninggalan Islam di Ethiopia dan berbagai hal yang tersimpan dalam memori rakyatnya tentang kehidupan para ulama Ethiopia, kaum sufi yang gigih dan patriotik, para pemimpinnya, dan umat Islam pada umumnya pada gilirannya akan menyingkirkan kabut tebal yang mengelilingi sejarah Islam Ethiopia yang terabaikan. Dengan tulisan ini saya bermaksud:

1. Meluruskan pemahaman yang salah kepada umat Islam dan umat Kristen bahwa Ethiopia adalah negara bagi umat Islam dan umat Kristen secara sama-sama. Keduanya telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Nasib mereka sama dan masa depan mereka tergantung kepada koeksistensi yang damai. Ethiopia berhutang kepada Islam dan begitu juga sebaliknya.

2. Menunjukkan eksistensi Islam di Ethiopia kepada dunia tentang sejarahnya yang terabaikan, kebudayaannya yang terlupakan, dan peranan Islam dalam memajukan peradaban dan perekonomian Ethiopia karena berhubungan dengan pantai Islam, dan peran aktif lainnya yang diperankan oleh umat Islam dalam mendorong ke arah kemajuan ekonomi dan kebudayaan di Ethiopia.

3. Menunjukkan peran umat Islam dalam menjaga eksistensi dan perjuangan mereka dalam membela agama dan memelihara kemerdekaan negara.

Oleh karena itu, saya menyeru lembaga-lembaga Islam, semisal Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Islam, Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Arab, dan organisasi lainnya untuk fokus dan memperhatikan wilayah ini dan mengkaji secara fokus aspek-aspek sejarah Islam di Ethiopia yang terabaikan. Caranya adalah dengan mengkaji hal-hal berikut:

a. Raja Negus, hijrah para sahabat Rasulullah Saw yang pertama dan kedua ke Ethiopia beserta motif dan tujuannya, peninggalan dan nasib Raja Negus, dan nasib umat Islam di sekitarnya.

b. Peran para dai dan kaum sufi dalam menyebarkan agama Islam di Ethiopia sejak kemunculannya di pantai Islam, di pantai barat Laut Merah di Jeddah, dan di pantai timur, di pelabuhan Zeila dan pelabuhan Adulis.

c. Konflik pemerintahan Islam dengan raja-raja Kristen Ethiopia dan kemunculan Imam Ahmad Sang Penakluk pada puncak konflik tersebut; kemenangan Imam Ahmad atas kekuatan Kristen, upayanya dalam menaklukkan Ethiopia selama lima belas tahun kepada hukum Islam, dan faktor-faktor yang menyebabkan kekalahannya.

Kekuatan Kristen dunia bergabung melawan Islam dan umatnya di Ethiopia. Mereka menundukkan pemerintahan Islam kepada Ethiopia menghapus landmark-nya. Ketabahan umat Islam menghadapi serangan brutal yang dilancarkan oleh para raja dan kaisar Ethiopia Kristen terhadap umat Islam selama berabad-abad.

d. Umat Islam di era Tewodros sang penumpah darah, raja Ethiopia pada abad sembilan belas Masehi, dan ketabahan mereka menanggung derita penyiksaan, peperangan, pembunuhan massal, penghancuran masjid, pengusiran umat Islam di tangan penumpah darah ini.

e. Umat Islam di era tentara salib yang busuk, Yohanes IV, raja Ethiopia pada abad sembilan belas, serta pembantaian, kekejaman, dan genosida yang dilakukan oleh penjagal ini terhadap umat Islam. Dia memaksa umat Islam masuk Kristen dan menyalib para ulama yang gigih memegang teguh keyakinan. Dia mengeluarkan larangan seorang muslim memiliki sebidang tanah di bumi Ethiopia seraya mengatakan, “Ethiopia adalah bumi orang-orang Kristen. Silakan umat Islam pergi ke Makkah bila menolak memeluk agama Kristen.

f. Umat Islam pada era Menelik II pada abad kedua puluh yang mengumumkan perang terhadap pemerintahan Islam yang berdampingan dengan Ethiopia. Dia berhasil mendudukinya satu persatu berkat bekerja sama dengan negara-negara salibis, terutama Inggris, Prancis, Rusia, dan Italia. Dia menghancurkan masjid dan membangun gereja di atas reruntuhannya.

g. Haile Selassie dan Umat Islam. Haile Selassie dikenal sebagai antek-antek Barat dan terkenal dengan penipuan dan konspirasi busuknya terhadap Islam dan umatnya, serta perlakuan buruknya terhadap umat Islam dan bangsa Arab. Dia menghilangkan pelbagai peninggalan Islam dan mengubah berbagai fitur yang menunjukkan keberadaan landmark Islam di negara tersebut. Dia menganggap remeh umat Islam dan bisa dihilangkan kapan saja. Tanah-tanah milik umat Islam dinasionalisasikan dan dijadikan milik para pemimpin, tentara, dan umat Kristen pada umumnya. Dia memerintah pada dekade ketiga abad kedua puluh hingga dekade ketujuh pada abad yang sama. Era para raja ini merupakan periode terburuk bagi umat Islam di Tanduk Afrika. Pada periode ini pemerintahan Islam kehilangan kedaulatannya dan dianeksasi oleh kerajaan Ethiopia. Kaum muslimin disiksa, dihinakan, dan dianiaya oleh para raja Ethiopia. Penelitian apa pun seputar situasi kaum Muslimin pada saat itu niscaya akan melenyapkan debu-debu yang menutupi kejahatan para tiran tersebut terhadap umat Islam.

h. Manuskrip Islam kuno yang ada di berbagai tempat dan terancam punah atau rusak.

i. Masjid, makam kuno, pusat pendidikan, dan kewajiban untuk mempertahankannya;

j. Para ulama dan para dai dan penindasan yang mereka dapatkan dari para kaisar dan raja Ethiopia. Mereka berjuang dengan gigih dalam mengajarkan pemahaman Islam.

4. Menampilkan peran para dai dan para sufi dalam memelihara semangat jihad, mempertahankan iman, dan melindungi umat Islam, meskipun pada akhirnya mereka menderita kekalahan dan pendudukan. Telah muncul tokoh-tokoh penting yang senantiasa dikenang di wilayah Islam di Ethiopia, antara lain:

a. Syaikh Abadir yang dikenal dengan Syaikh Umar Razi—semoga Allah merahmatinya (Harar).

b. Syaikh Hasyim bin Abdil ‘Aziz, pengarang bukuFath al-Rahmân—semoga Allah merahmatinya (Harar).

c. Syaikh al-Kabir Nur Husain—semoga Allah menyucikan jiwanya (Barat Daya Ethiopia).

d. Syaikh Hasan Injam, pejuang besar—semoga Allah merahmatinya (Bale).

e. Para syaikh dan ulama terkenal dari Wollo, semisal Syaikh al-Syaukani, penulis buku-buku keislaman yang tulisannya belum sempat dicetak, Syaikh al-Ani, dan Syaikh Dana—semoga Allah merahmati mereka (Tenggara Ethiopia).

f. Syaikh al-Kabir Hamzah—semoga Allah merahmatinya (Aussa—Afar).

g. Syaikh Umar, seorang sufi dan pemilik gua yang terkenal dan dinamai dengan namanya sendiri—semoga Allah merahmatinya (Bale).

h. Syaikh Yahya, seorang sufi—semoga Allah merahmatinya (Harar).

i. Abdullah Hasan, pejuang besar yang terkenal dengan sebutan al-Mahdi, yang memerangi empat negara sekaligus: Inggris, Italia, Prancis, dan Ethiopia—semoga Allah merahmatinya (Ogaden, Timur Ethiopia).

j. Syaikh Thalhah Abu Saba, pejuang besar yang menghadapi para raja Kristen—semoga Allah merahmatinya (Wollo—Timur Laut Ethiopia).

k. Al-Amir Nur, pejuang besar—semoga Allah merahmatinya (Harar).

l. Al-Amir Umar Din—semoga Allah merahmatinya (Harar).

m. Amir Abullah, gubernur Harar terakhir, yang terlibat dalam pertempuran Chelenqo—semoga Allah merahmatinya (Harar);

n. Para pemimpin yang mulia dari kalangan Ahlul Bait r.a. yang berperan besar dalam menyebarkan Islam dan berpartisipasi dalam mempertahankannya. Mereka berjuang dan berjihad dalam menaklukkan Ethiopia seperti halnya Imam Ahmad Ibrahim sang penakluk.

o. Abu Jafar, Sultan Jima, berjuang dalam memelihara eksistensi Islam di Jima (Barat Ethiopia).

p. Rakyat muslim Afar yang berjuang dengan gigih dalam memelihara akidah dan identitas Islam. Mereka membela Islam dan lambang-lambang kesuciannya selama berabad-abad (Timur dan Selatan Ethiopia);

5. Terakhir, melakukan penelitian yang mendalam seputar umat Islam saat ini dan cara membangkitkan mereka secara budaya, ekonomi, dan sosial.

Menampilkan sejarah umat Islam di Ethiopia menjadi salah satu tugas yang sangat penting, karena generasi muda muslim Ethiopia merasa tersia-siakan. Mereka bertanya tentang sejarah, eksistensi, dan perjuangan leluhur mereka. Sebab, yang dapat dia baca hanyalah heroisme dan prestasi orang-orang Kristen terhadap ekspansi Islam, peperangan, dan lain-lain. Saya menyeru lembaga-lembaga Islam yang punya perhatian terhadap warisan Islam agar berinisiatif mengungkap sejarah yang terabaikan dan terkubur ini, serta berupaya memelihara berbagai peninggalan Islam dari kerusakan dan kepunahan.[]

Oleh: Prof. Kamil Abu Bakar Syarif

Peneliti dari Ethiopia

Source: sejarahislam

Leave a Reply