Menu Close

Sejarah Perkembangan Islam di Perancis

Sejarah Perkembangan Islam di Perancis

Perkembangan Islam di Perancis

1.Awal Masuk Islam ke Perancis

Sejak abad 8 M, Islam masuk ke kota-kota selatan Perancis melalui Spanyol ke Toulouse, Narbonne dan sekitarnya hingga Bourgogne di tengah-tengah Perancis.  Namun baru pada abad 12 hingga abad 15 orang-orang Islam mulai menempati kota-kota selatan Perancis yang terdapat di provinsi Roussillon, Languedoc, Provence, Pay Basque Perancis termasuk Bearn. Hal ini berlangsung secara bertahap dan puncaknya adalah ketika terjadi pengusiran besar-besaran terhadap muslim Spanyol pada peristiwa Reconquista di bawah raja Ferdinand II dan istrinya ratu Isabelle pada  tahun 1492 M.[1] Namun baru pada pada abad ke-20, Islam berkembang dengan sangat pesat di daratan Eropa. Perlahan-lahan, masyarakat di benua biru yang mayoritas beragama Kristen dan Katholik ini mulai menerima kehadiran Islam. Tak heran bila kemudian Islam menjadi salah satu agama yang mendapat perhatian serius dari masyarakat Eropa.

Di Perancis, Islam berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 M. Sebelum islam masuk ke Perancis yang berada di benua Eropa yang terkenal sebagai benua tempat Ummat pemeluk agama Kristen terbesar di dunia, Perancis masih di bawah pimpinan raja-raja yang beragama kristen, dan pada saat itu pemerintah melarang ummat islam masuk ke Prancis, hal ini disebabkan kehawatiran pemerintah Perancis terhadap ummat islam akan melakukan pemberontakan dan merebut salah satu wilayah Eropa terbesar.

Akan tetapi pada masa kejayaan Bani Abbasiyah, pinggiran-pingiran benua Eropa yang telah di rebut oleh kerajaan Yunani dari masa pemerintahan bani Umayyah di pukul mundur, hingga ekpansi tentara islam pada saat itu kembali menguasai bagian pinggiran Eropa. Kemudian, gerakan pasukan muslim pada saat itu yang berada di daratan Turki mampu merebut kawasan Spanyol dan Perancis, dan disnilah awal mula masa keemasan umat islam di kawasan eropa. Umat islam yang berada di kawasan Eropa pada saat itu tidak khawatir lagi atas keberadaan temmpat tinggalnya di Eropa.

Dan pada masa keemasan ini para ilmuan-ilmuan arab bebas masuk ke bagian Spanyol, Cordova, Sisilia, Prancis dan negara-negara di bagian Eropa barat. Dan pada saat itu pengetahuan ummat islam di Eropa khusunya di wilayah Prancis sangat berkembang pesat, baik itu di bidang politik, ekonomi, filsafat, kedokteran dan lain sebagainya.

Adapun ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu diwilayah Eropa terutama di daerah Perancis pada saat itu adalah sebagai berikut:

1. Bidang politik

Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib (1096-1291)

1. Bidang Sosial Ekonomi

Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara- negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika.

1. Bidang KebudayaanMelalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.[2]

a. Al Farabi (780-863M)

Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku- buku karya aristoteles

b. Ibnu Rusyd (1120-1198)

Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan- perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

c. Ibnu Sina (980-1060 M)

Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.[3]

4. Bidang Pendidikan

Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat.

Dan di jelaskan mulai dari masa keemasan Islam di Eropa hinga tahun 912-961 M. ibukota Cordova di kenla sebagai pusat ilmiah dan kebudayaan yang gemilang, menandingi kedudukan Baghdad dan kawasan islam bagian Timur, dan berbagai belahan bumi pun Terutama masyarakat Perancis berbondong-bondong menuntut ilmu di ibukota cordova.[4]

2.Awal Kemunduran Islam di Prancis

Akan tetapi, pada saat keemasan ummat islam di Eropa inilah Umat Kristen Spanyol dan Perancis yang membuat suatu kelompok sadar dan melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan islam pada saat itu. Terjadilah puncak pemberontakan dan kekacauan yang sangat besar di Spanyol dan Perancis.

Ummat islam pada saat itu di pimpin oleh As-Samh dalam melawan pemberontakan yang sedang bergolak pada saat itu, dan akhirnya As-Samh tewas dalam pertempuran Toulouse, dan kemudian Abdurrahman dipilih untuk menggantikan kedudukannya oleh tentara disana, tetapi jabatan itu tidak lama, Abdurrahman hanya menjabat selama beberapa bulan saja. Kemudian Ummat islam pada saat itu di pimpin oleh Anbasah yang menggantikan kedudukan Abdurrahman sebagai gubernur Spanyol pada tahun 721 M. sampai batas tertentu ia mampu memulihkan kedaan disana.  Hingga akhirnya Anbasah melintasi Pegunungan Pyrenee dan bertujuan untuk merebut kembali Perancis dari ummat kriten.

Dan Anbasah pun mampu merebut kembali Perancis dan pemerintahan di ambil alih oleh pemerintah Islam. Tak berapa lama dari keberhasilan ini, sisa-sisa umat Kristen yang berada di Perancis kembali melakukan aksi pemberontakan, dan pada saat itu tepatnya tahun 725 M Anbasah terbunuh, dan kedudukannya di ambil alih kembali oleh Abdurrahman pada tahun 731 M. Akan tetapi beralihnya kekuasaan ke angan Abdurrahman tidak meredam pemberontakan pada saat itu, pemberontakan tetap terjadi hingga salah satu gubernur islam Perancis yang berada di provinsi Pyrenee bersama Duke of Aquitaine yang berhianat melakukan pemberontakan dan meminta bantuan kepada raja Perancis, Charles Martel, agar membantunya.

Charles mengabulkan permohonannya, dan denagn suatu kekuatan yang besar menuju ke arah selatan Perancis, meskipun kalah dalam jumlah oleh orang-orang Keristen, pada saat itu umat islam bertempur dengan keberanian dan semangat yang bergejolak dan berkali-kali menembus benteng pasukan Kristen yang berlapis baja.[5]

Pertempuran yang sengit itu berlangsung selama tiga hari. Pada hari ketiga Abdurrahman tertembus anak panah. Gugurnya jendral itu menyebabkan seluruh komando pasukan kacau, dan orang-orang Kristen pun langsung memanfaatkan kesempatan dan membuat kerusakan yang hebat pada tentara Islam saat itu.

Setelah kembalinya di rebut Perancis, pasukan Kristen bergerak maju ke bagian eropa lainnya hingga mereka melakukan ekspansi ke Turki dan berhasil merebut wilayah Turki dan dendam umat Kristen pun terbalas. Hal ini bertepatan pada saat terjadinya krisi politik di Baghdad yang mana pada saat itu dinasti-dinasti kecil yang dibwah pimpinan Daulah Abbasiyah memberontak dan juga disebabkan kekalahan umat Islam pada perang Salib yang bergejolak pada saat itu.

Dan hal ini di jelaskan oleh buku yang terbit pada 1786, pengarang Perancis Volney muncul dengan karangannya berjudul “Pandangan –pandangan tentang perang melawan Turki”. Dikatakanny, bahwa Turki melebarkan sayap kekuasaannya hampir 400 tahun, dan selama masa itu mereka telah memperbaiki pembukaan kota-kota dunia yang paling indah dan paling besar. Tetapi di waktu hampir 100 tahun terakhir, muncul suatu kerajaan yang tadinya tidak terkenal sama sekali, tetapi dengan begitu cepat mengkagumkan ia tampil dan mempunyai hari depan, yaitu kerajaan Russia. Baik dalam alam benda maupun dalam alam kebudayaan, kalau barangnya sudah tumbuh ia akan bergerak terus menerus sesuai dengan kebesaran tubuhnya.

Dan keadaan di turki semakin di perburuk oleh bergabungnya antara Inggris dan Perancis dalam perjanjian Sevres yang mengutus orang-orang Constantinopel untuk menghancurkan Turki dan kemudian perjanjian ini mengahsilkan kesepakatan wilayah Turki di bagi menjadi dua wilayah kekuasaan sebagian oleh inggris dan sebagian oleh Perancis.[6]

Akan tetapi Inggris mengubah haluan, berpihakl kepada pemerintahan Prusia (Jerman)

dan membuat perjanjian pada tanggal 13 Agustus 1788 akan kerjasamanya tentang negara-negara timur. Semenjak itu politik Inggris membela tetap adnya turki, untuk menghambat pertumbuhan kemajuan Russia.Dengan demikian Turki dapat menarik nafas lega, karena dapat menjalankan pemerintahan meskipun masih dalam jajahan inggris.[7]

3.Masa Setelah Perang Dunia I dan II

Tahap berikutnya adalah setelah pecahnya Perang Dunia I dan II. Sebagian Muslim yang masuk ke Perancis adalah para korban perang. ( Palestina, Turki, Tunisia dll ). Sementara sebagian besar lagi datang dari Aljazair sekitar tahun 1960-an karena Perancis membutuhkan sejumlah besar tenaga dalam rangka membangun negaranya yang hancur karena perang. Perlu dicatat, Aljazair adalah satu dari negara bekas jajahan Perancis.

Negara-negara Islam seperti Irak dan Afganistan menjadi sasaran serangan membabi buta. Dan seperti biasa rakyat yang menjadi korban dan yang paling menderita. Mereka   ini kemudian berimigrasi ke Perancis untuk mencari perlindungan. Ini masih ditambah lagi dengan orang-orang Iran yang lari dari negaranya ketika Revolusi Iran tahun 1979, korban perang negara-negara bekas jajahan Uni Sovyet seperti Chenya serta perang saudara di Yugoslavia. Dengan demikian masuklah  Islam ke Eropa termasuk Perancis.[8]

Selain itu hal yang memengaruhi perkembangan Islam di Perancis. Salah satunya adalah Perang Teluk 1991 yang menyebabkan munculnya krisis identitas di kalangan anak muda Muslim di Perancis. Kondisi ini mendorong mereka lebih rajin datang ke masjid. Gerakan Intifada di Palestina juga mendorong makin banyaknya Muslim Perancis yang beribadah ke masjid.

4. Islam Setelah Perang Dunia I dan II

Dan inilah yang menjadi awal penyebaran islam di perancis di Era Teknologi. Islam berkembang melalui pengungsi meskipun awalnya pergerakan aktivitas orang-orang islam di Perancis sangat terkekang, mulai dari dilarangnya memakai jilbab seorang karyawan wanita muslim, dilarangnya berkumandang azan, dilarang membangun bangunan mesjid setinggi 30 m.

Menurut survei yang dilakukan kelompok Muslim Perancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.

Pada tahun 1970-an, imigran Muslim kembali mendatangi negara pencetus trias politica itu. Kali ini, para pelajar Muslim yang datang ke Perancis untuk menuntut ilmu. Kedatangan para pelajar ini menjadi faktor penting yang mengambil peran besar dan penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islam di jantung negeri Napoleon Bonaparte ini.

Karena justru sejak tahun 2004 itu  makin banyak saja perempuan berjilbab di kota-kota Perancis. Menurut laporan banyak perempuan Perancis tertarik kepada ajaran Islam karena Islam ternyata sangat melindungi hak-hak perempuan. Jilbab yang dituduh merupakan cermin ketidak-bebasan perempuan sekaligus lambang superioritas laki-laki ternyata malah berfungsi melindungi perempuan.

Bahkan yang sebelumnya tidak pernah terdapat penjualan daging halal, setelah tujuh tahun dari pengungsian tersebut, banyak berdiri toko-toko yang menydiakan daging halal, dan pelayanan secara Islami. Dan di tambah kabar seorang Mentri Keimigrasian Eric Besson, yang melempar isu debat nasional. Sejumlah tabloid melaporkan bahwa saat ini, duda berusia sekitar 45 tahun  ini sedang menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis Tunisia Muslim cucu mantan presiden Tunisia dan akan segera masuk agama Islam.

Dan perkembangan islam semakin berjalan mulus dan hal ini dengan di Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami (Organisasi Islam Dunia). Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Perancis.

Seiring dengan berkembangannya agama Islam di negara Perancis, jumlah sarana ibadah dan kegiatan keislaman pun semakin meningkat.

Menurut survei yang dilakukan kelompok Muslim Perancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.

Perkembangan Islam dan masjid di Perancis juga ditulis oleh seorang wartawan Perancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Perancis sebanyak 73 masjid.

Tampaknya, pada tahun-tahun mendatang, jumlah masjid akan makin bertambah di Perancis. Sejumlah masjid yang ada sekarang terkadang tidak bisa menampung semua jamaah. Masjid di kawasan Belle Ville dan Barbes, misalnya, sebagian jamaah terpaksa harus shalat sampai ke pinggiran jalan.

Awalnya, masjid-masjid yang ada di Perancis didirikan oleh orang-orang Muslim asal Pakistan yang bekerja di pabrik-pabrik di Paris, Perancis. Mereka mengubah ruangan kecil tempat makan siang atau berganti pakaian menjadi ruangan untuk shalat. Terkadang, mereka menggunakan ruangan di asramanya sebagai sarana ibadah. Sehingga, hal itu terus berkembang dan menyebar.

Tak hanya masjid yang berkembang pesat pada saat ini, lembaga pendidikan Islam di negeri mode ini pun turut berkembang. Sejumlah sekolah Islam berdiri di Perancis. Sampai kini, sedikitnya ada empat sekolah Muslim swasta.

Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Perancis, namun ada tambahan pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam.

Education et Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Perancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Perancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.[9]

Academy of Lyon, badan pendidikan negara yang tertinggi di kota itu, menolak izin operasional sekolah itu dan menutup sekolah dengan alasan pihak sekolah tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan. Namun, Pengadilan Administratif di Lyon membatalkan penutupan itu pada Februari tahun lalu. Ini berarti sekolah Al-Kindi bisa membuka ajaran baru pada Maret 2007.

Menurut para pemimpin Muslim Perancis, insiden di Al-Kindi justru mendorong masyarakat Muslim untuk membuka sekolah serupa. ”Kontroversi Al-Kindi mendobrak ketakutan di minoritas Muslim untuk memiliki sekolah lebih banyak,” ujar Lhaj Thami Breze, ketua Organisasi Persatuan Islam di Perancis, UOIF. Dan hingga saat ini Islam di Perancis berkembang pesat di setiap kalangan penduduk negara Napoleon Bona Parte.

Bahkan kini Islam di negara ini telah menyebar di setiap komunitas masyarakatnya, mulai dari karyawan kantor, wiraswasta, bahkan olahragawan…………

 Samir Nasri

Zinedine Zidane

Referensi…………..

[1] http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=165500466808712 . tgl 23 April 2011. Jam 21:35.

[2]yunalisra.blogspot.com. tgl 23 April 2011. Jam 16:45.

[3] http://konspirasi.com/berita/sejarah-perkembangan-islam-di-prancis, tgl 23 Maret 2011. Jam 16:30

[4] Yoesoef Souyb. Kekuasaan Islam di Andalusia. Madju; Bandung ; 1984.

[5] Syed Muhammad Dunnasir. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. RR: 1981.

[6] Ahmad Amin. Islam dari Masa ke Masa. CV. Rosda; Bandung; 1987

[7] Zainal Abidin Ahmad. Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang. Bulan Bintang; Jakarta : 1979.

[8]yunalisra.blogspot.com. tgl 23 April 2011. Jam 16:45.

[9] http://konspirasi.com/berita/sejarah-perkembangan-islam-di-prancis, tgl 23 Maret 2011. Jam 16:30

Source: pointilmu

Leave a Reply